Dari Facebook,
Untuk Indonesia
Oleh: Badrun
Lana El-Muna
(Ketua Umum
HIMA-TH IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Merupakan suatu hal yang tidak bisa
dipungkiri adalah bahwa terwujudnya Munas Tafsir Hadis adalah berawal dari
perjalanan panjang pencariaan para mahasiswa jurusan Tafsir Hadis seluruh
Indonesia di facebook. Langkah awal
sudah membuktikan bahwa facebook ternyata tidak hanya berarti sebagai alat
untuk hiburan. Lebih dari itu ia juga sebagai alat unuk berkomunikasi dan
silaturahmi antar sesama.
Munas
yang baru dilaksanaka beberapa hari yang lalu itu merupakan merupakan sebuah
usaha mewujudkan jurusan Tafsir Hadis di Nusantara agar lebih baik dari
sebelumnya. Pada Munas itu, setidaknya ada satu problem besar yang menghantui
jurusan Tafsir Hadis yaitu kurangnya minat calon mahasiswa untuk mengambil
jurusan ini. Kondisi seperti ini lambat laun akan menimbulkan problem yang sangat
serius jika hanya dibiarkan. Alasan yang paling prinsip kurangnya minat
tersebut adalah masalah prospek kerja atau lapangan pekerjaan yang sempit.
Dimana tidak seperti jurusan-jurusan yang lain yang memang sudah disediakan
lapangan pekerjaan. Dari satu problem dan satu alasan itu pula pada ahirnya
akan membawa kita pada ranah berfikir logis bagaimana menyelesaikan
menyelesaikan masalah itu.
Asumsi
yang beredar di masyarakat bahwa al-Qur’an dan Hadis adalah sumber dari
berbagai hal yang mengandung semua aspek kehidupan. Seharusnya, ini juga
berbanding lurus dengan minat masyarakat pada jurusan ini, akan tetapi jika
yang terjadi adalah sebaliknya, maka, tentu harus ada penelurusan dan pemecahan
masalah yang serius. Untuk menyelesaikan masalah itu, setidaknya ada beberapa
hal yang harus dilakukan diantaranya:
Pertama: Kontrol SDM.
Dalam hal ini, sebagai penyelenggara harus punya monitoring terhadap kemampuan
mahasiswa. Alasanya kenapa? Karena bagaimanapun baiknya sebuah sistem, jika
pelaksananya (Dosen dan mahasiswa) memiliki SDM yang rendah, maka sistem itu
seakan tidak berfungsi –untuk tidak mengatakan tidak berguna- karena selalu
target yang harus dicapai adalah bagaimana in put mahasiswanya merupakan
mereka yang berkualitas yang baik sehingga out put nya pun akan menghasilkan
sarjana yang kompeten sebagai bukti dari keberhasilan akademiknya.
Dalam proses pencapaian tersebut,
menuntut adanya keseriusan dari semua pihak terutama tim pendidik -dosen- agar
bisa mengarahkan mahasiswanya untuk lebih meningkatkan belajar. Usaha tersebut
disusul pula oleh mahasiswa yang sejatinya harus memiliki tekad yang bulat
dalam belajar guna pencapaian rencana tersebut.
Kedua: Peningkatan karya
tulis ilmiah. Sebuah bukti dari keseriusan study serta bagian dari titik
keberhasilan study adalah adanya karya ilmiah yang dihasilkan. Mengingat
kompleksitas masalah yang perlu diselesaikan, maka, tentu ini adalah tugas kita
yang mendalami sumber utama (Qur’an & Hadis) untuk menyelesaikanya. Tidak
terwujudnya karya-karya ilmiah sebagai penjawab persoalan umat adalah masalah
yang serius. Karena hal ini berarti pula bahwa hasil dari perkuliyahan pun
perlu dipertanyakan. Untuk itu, penyediaan wadah kegiatan yang berkaitan dengan
itu pun perlu dilakukan. Misalnya dengan mengadakan perlombaan karya tulis
ilmiah, pelatihan jurnalistik ataupun hal-hal lain yang mengarah pada tujuan
itu.
Ketiga: Sarana dan prasarana.
Pada dasarnya, kedua kedua hal diatas merupakan hal yang sangat urgen yang
sedikit terlupakan. Akan tetapi, satu hal yang mendukung kedua hal itu adalah
sarana dan prasarana. Karena itu, sebagaimana yang diresahkan oleh beberapa
kampus di nusantara adalah minimnya sarana dan prasarana yang menunjang seperti
halnya perpustakaan yang memiliki kitab-kitab yang mendukung, serta
laboratorium Qur’an yang belum dimiliki oleh berbagai kampus di nusantara.
Keempat: Terwujudnya pendidikan
berbasis moral. Seberapapun tinggi pendidikan seseorang, tetap akan diukur dari
seberapa baik moralitasnya. Lebih lagi bagi mahasiswa jurusan Tafsir Hadis,
yang secara intens menggeluti al-Qur’an dan Hadis, tentu merupakan satu hal
yang logis menampilkan moralitas yang sesuai dengan ke-Tafsir Hadisan-nya.
Jika
keempat hal diatas bisa dilaksanakan, maka setidaknya para lulusan yang
dihasilkan merupakan sarjana yang berkompeten yang dapat menyelesaikan
permasalahan umat dengan bijak dan moralitas yang baik pula. Hal ini setidaknya
akan mejadi daya tarik tersendiri bagi halayak orang banyak. Maka, jika hal ini
yang terjadi, masalah yang selama ini menghantui kita sedikit demi sedikit akan
terpecahkan. Termasuk jika hal itu juga terwujudkan, maka akan membuka pula
lapangan pekerjaan baru bagi para lulusan dengan terjun langsung ke masyarakat
ataupun dengan cara membuat kreativitas Qur’ani berupa produk-produk baru yang
penuh dengan inspirasi. Dengan demikian, apa yang pada saat Munas banyak
dibahas akan memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa. Dari setitik usaha
melalui media, akan memberikan perubahan bagi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar