
Tidaak
jauh beda dengan dempul dan cet, keduanya juga memiliki peran yang sama yaitu
memanipulasi objek sehingga tampak lebih elegan. Dalam sejarah pertukangan,
permaianan bersama kayu bukanlah hal yang aneh. Pemanipulasian kayu bukan hanya
terjadi di tingkat tukang, melainkan lebih jauh lagi ini sudah menjadi ulah
yang mengusik para cukong-cukong kayu di daerah hutan sana. Bukti konkrit
adalah, ketika kita membeli kayu yang sudah terikat rapih, maka akan tampak di
luarnya semuanya rapih, tanpa satu pun yang cacat. Akan tetapi ketika sampai di
rumah, maka akan kita perhatikan betapa hancurnya isi kayu di dalam. Ini
meruppaka pembohongan terang-terangan. Bagaimana tidak, berbeda dengan dagang
nabi yang selalu mengatakan bahwa barang yang dijualnya cacat. Modal yang
ditempuh adalah kejujuran. Bukan sebaliknya. Akan tetapi memang ini menjadi hal
yang rumit untuk diselesaikan. Kebohongan dan pembohongan sudah menjamur di
masyarakat. Ya, inilah memang rahasia Tuhan kenapa Dia tidak langsung meng
adzab hambanya jika ia berdosa. Tapi memang ini merupakan konsensus yang sudah
tidak dapat di ganggu gugat. Memeng demikianlah Tuhan menggariskan.
Jika
kita bandingkan dengan tukang kayu, maka mereka juga memiliki ulah yang tidak
jauh berbeda dengan apa yang telah saya katakan tadi. Cuma ada perbedaan nilai
dari apa yang mereka perbuat itu. cukong-cukong kayu memiliki sifat yang tamak
sedangkan para tukang kayu memiliki nilai seni yang ditujukan. Jadi, memang
keduanya memiliki tujuan yang berbeda. Oleh karenanya, tujuan seni adalah wujud
ahir yang di dambkan oleh tukang kayu. Tidak lain, ya, memang sepeti itulah
kenyataanya.

Selamat merenung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar