Biografi Imam Bukhori[1]
Nama Imam Bukhori adalah  Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al
Mughirah bin Bardizbah. Nama kuniyah beliau: Abu Abdullah. Beliau dilahirkan
pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at 13 Syawwal 194 H. Di daerah Bukhoro. Nasab
beliau adalah Al Ju'fi; yang dinisbatkan pada seorang yang telah mengislamkan
kakek beliau yang kedua yang bernama Al-Jufi dari Yaman. Maka nisbah beliau kepada Al Ju'fi adalah
nisbah perwalian. Sedangkan nama Al-Bukhori merupakan nisbah kepada tanah
kelahiranya yaitu Bukhoro.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga yang berilmu. Bapaknya adalah
seorang ahli hadits, akan tetapi dia tidak termasuk ulama yang banyak
meriwayatkan hadits, Bukhari menyebutkan di dalam kitab tarikh kabirnya, bahwa
bapaknya telah melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin Al Mubarak, dan dia
telah mendengar dari imam Malik, karena itulah dia termasuk ulama bermadzhab
Maliki. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga dia pun diasuh oleh
sang ibu dalam kondisi yatim. Akan tetapi ayahnya meninggalkan Bukhari dalam
keadaan yang berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Bapak Imam Bukhari
berkata ketika menjelang kematiannya; "Aku tidak mengetahui satu dirham
pun dari hartaku dari barang yang haram, dan begitu juga satu dirhampun hartaku
bukan dari hal yang syubhat." Maka dengan harta tersebut Bukhari
menjadikannya sebagai media untuk sibuk dalam hal menuntut ilmu.
Ketika menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan
kakaknya mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di Makkah dekat dengan
baitulah beberapa saat guna menuntut ilmu.
Kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak masih kecil.
Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya
hafalan yang sangat kuat, sedikit sekali orang yang memiliki kelebihan seperti
dirinya pada zamannya tersebut. Ada satu riwayat yang menuturkan tentang
dirinya, bahwasanya dia menuturkan; "Aku mendapatkan ilham untuk menghafal
hadits ketika aku masih berada di sekolah baca tulis." Maka Muhammad bin
Abi Hatim bertanya kepadanya; "saat itu umurmu berapa?". Dia
menjawab; "Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian setelah lulus dari
sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis hadits Ad-Dakhili dan ulama
hadits yang lainnya.
Ketika sedang membacakan hadits di hadapan murid-muridnya,
Ad-Dakhili berkata; 'Sufyan meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.' Maka
aku menyelanya; 'Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.' Tapi
dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, 'kembalikanlah kepada sumber
aslinya, jika anda punya.' Kemudian dia pun masuk dan melihat kitabnya lantas
kembali dan berkata, 'Bagaimana kamu bisa tahu wahai anak muda?' Aku menjawab,
'Dia adalah Az Zubair. Nama aslinya Ibnu 'Adi yang meriwayatkan hadits dari
Ibrahim.' Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan catatannya. Dan dia
pun berkata kepadaku, 'Kamu benar.' Maka Muhammad  bin Abi Hatim bertanya
kepada Bukhari; "Ketika kamu membantahnya berapa umurmu?". Bukhari
menjawab, "Sebelas tahun."
Hasyid bin Isma'il menuturkan: bahwasanya Bukhari selalu ikut
bersama kami mondar-mandir menghadiri para masayikh Bashrah, dan saat itu dia
masih anak kecil. Tetapi dia tidak pernah menulis (pelajaran yang dia simak),
sehingga hal itu berlalu beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya.
Maka dia menjawab semua celaan kami; "Kalian telah banyak mencela saya,
maka tunjukkanlah kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis." Maka
kami pun mengeluarkan catatan-catatan hadits kami. Tetapi dia menambahkan
hadits yang lain lagi sebanyak lima belas ribu hadits. Dan dia membaca semua
hadits-hadits tersebut dengan hafalannya di luar kepala. Maka akhirnya kami
mengklarifikasi catatan-catatan kami dengan berpedoman kepada hafalannya.
Aktifitas beliau dalam menuntut ilmu di mulai semenjak sebelum menginjak
masa baligh, dan hal itu di tunjang dengan peninggalan orang tuanya berupa
harta, beliau berkata; 'aku menghabiskan setiap bulan sebanyak lima ratus
dirham, yang aku gunakan untuk pembiaan menuntut ilmu, dan apa yang ada di sisi
Allah itu lebih baik dan lebih eksis.'
Dia bergegas mendatangi majelis-majelis ilmu, ketika dia sudah
menghafal Al qur`an dan menghafal beberapa karya tulis para ulama, dan yang
pertama kali karya tulis yang beliau hafal adalah buku Abdullah bin Al
Mubarak, buku Waki' bin al Jarrah dalam masalah Sunan dan zuhud, dan yang
lainnya. Sebagaimana beliau juga tidak meninggalkan disiplin ilmu dalam masalah
fikih dan pendapat.
Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat
mencolok dan sifat yang paling menonjol dari tabiat para ahlul hadits, karena
posisi Bukhari dalam masalah ilmu ini merupakan satu kesatuan pada diri seorang
ahlul hadits, maka dia pun mengikuti sunnah para pendahulunya dan dia pun
meniti jalan mereka. Dia tidak puas
dengan hanya menyimak hadits dari penduduk negrinya, sehingga tidak terelakkan
lagi bagi dirinya untuk mengadakan dalam rangka menuntut ilmu, dia berkeliling
ke negri-negri Islam. Dan pertama kali dia mengadakan perjalanannya adalah pada
tahun 210 hijriah, yaitu ketika umurnya menginjak 16 tahun, pada tahun
kepergiannya dalam rangka menunaikan ibadah haji bersama dengan ibundanya dan
saudara tuanya.
Diantara negri-negri yang pernah dikunjungi adalah Khurasan,
Bashrah, Kufah, Baghdad, Hijaz (Makkah dan Madinah), Syam,
Al Jazirah (kota-kota yang terletak di sekitar Dajlah dan eufrat) dan
juga Mesir.
Bukhari menuturkan tentang rihlah ilmiah yang dia jalani; 'Aku
memasuki Syam, Mesir dan al Jazirah sebanyak dua kali, ke Bashrah sebanyak
empat kali, dan aku tinggal di Hijaz beberapa tahun, dan aku tidak bisa
menghitung berapa kali saya memasuki kawasan Kufah dan Baghdad bersama para
muhadditsin.
Imam Bukhari berjumpa dengan sekelompk kalangan atba'ut tabi'in
muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari mereka, sebagaimana beliau juga
meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka. Dalam
masalah ini beliau bertutur; ' aku telah menulis dari sekitar seribu delapan
puluh jiwa yang semuanya dari kalangan ahlul hadits.
Guru-guru imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan
haditsnya; Abu 'Ashim An Nabil, Makki bin Ibrahim, Muhammad bin 'Isa bin Ath
Thabba', Ubaidullah bin Musa, Muhammad
bin Salam Al Baikandi, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Manshur, Khallad bin Yahya
bin Shafwan, Ayyub bin Sulaiman bin Bilal, Ahmad bin Isykab dan lain
sebagainya.
Adapun diantara
murid-murid Imam Bukhori adalah: Al imam Abu al Husain Muslim bin al Hajjaj an
Naisaburi (204-261), penulis buku shahih Muslim yang terkenal, Al Imam Abu 'Isa At Tirmizi (210-279) penulis
buku sunan At Tirmidzi yang terkenal, Al Imam Shalih bin Muhammad (205-293), Al
Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (223-311), penulis buku
shahih Ibnu Khuzaimah, Al Imam Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi
(286), teman dekat imam Muslim, dan dia juga memiliki buku shahih seperti buku
imam Muslim, Al Imam Muhammad bin Nashr Al Marwazi (202-294), Al Hafizh Abu
Bakr bin Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy'ats (230-316), Al Hafizh Abu Al Qasim
Abdullah bin Muhammad bin Abdul 'Aziz Al Baghawi (214-317), Hafizh Abu Al Qadli
Abu Abdillah Al Husain bin Isma'il Al Mahamili (235-330), Al Imam Abu Ishaq
Ibrahim bin Ma'qil al Nasafi (290), Al Imam Abu Muhammad Hammad bin Syakir al
Nasawi (311), Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al Firabri
(231-320)
Meskipun Imam Bukhari sibuk dengan menuntut ilmu dan
menyebarkannya, tetapi dia merupakan individu yang mengamalkan ilmu yang
dimilikinya, menegakkan keta'atan kepada Rabbnya, terpancar pada dirinya
ciri-ciri seorang wali yang terpilih dan orang shalih serta berbakti, yang
dapat menciptakan karismatik di dalam hati dan kedudukan yang mempesona di
dalam jiwa. Dia merupakan pribadi yang banyak mengerjakan shalat, khusu' dan
banyak membaca al Qur`an.
Muhammad bin Abi Hatim menuturkan: 'dia selalu melaksanakan shalat
di waktu sahur sebanyak tiga belas raka'at, dan menutupnya dengan melaksanakan
shalat witir dengan satu raka'at'. Yang
lainnya menuturkan; ' Apabila malam pertama di bulan Ramadlan, murid-murid imam
Bukhari berkumpul kepadanya, maka dia pun meminpin shalat mereka. Di setiap
rak'at dia membaca dua puluh ayat, amalan ini beliau lakukan sampai dapat
mengkhatamkan Al qur`an. Beliau adalah sosok yang gemar menafkahkan hartanya,
banyak berbuat baik, sangat dermawan, tawadldlu'Â dan wara'.
Persaksian ulama terhadap Imam Bukhori
Sangat banyak sekali para ulama yang memberikan kesaksian atas
keilmuan imam Bukhari, diantara mereka ada yang dari kalangan guru-gurunya dan
teman-teman seperiode dengannya. Adapun periode setelah meninggalnya bukhari
sampai saat ini, kedudukan imam Bukhari selalu bersemayam di dalam relung hati
kaum muslimin, baik yang berkecimpung dalam masalah hadits, bahkan dari
kalangan awwam kaum muslimin sekali pun memberikan persaksian atas keagungan
beliau.
1.
Abu
Bakar ibnu Khuzaimah telah memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan
mengatakan: "Di kolong langit ini tidak ada orang yang lebih mengetahui
hadits dari Muhammad bin Isma'il."
2.
'Abdan
bin 'Utsman Al Marwazi berkata; 'aku tidak pernah melihat dengan kedua mataku,
seorang pemuda yang lebih mendapat bashirah dari pemuda ini.' Saat itu
telunjuknya diarahkan kepada Bukhari
3.
Qutaibah
bin Sa'id menuturkan; 'aku duduk bermajelis dengan para ahli fikih, orang-orang
zuhud dan ahli ibadah, tetapi aku tidak pernah melihat semenjak aku dapatÂ
mencerna ilmu orng yang seperti Muhammad bin Isma'il. Dia adalah sosok pada
zamannya seperti 'Umar di kalangan para sahabat. Dan dia berkata; ' kalau
seandainya Muhammad bin Isma'il adalah seorang sahabat maka dia merupakan ayat.
4.
Ahmad
bin Hambal berkata; Khurasan tidak pernah melahirkan orang yang seperti
Muhammad bin Isma'il.
5.
Abu
Bakar bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan; kami tidak pernah melihat
orang yang seperti Muhammad bin Ism'ail
6.
Bundar
berkata; belum ada seorang lelaki yang memasuki Bashrah lebih mengetahui
terhadap hadits dari saudara kami Abu Abdillah.
7.
Abu
Hatim ar-Razi berkata: "Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra
yang hafal hadits melebihi Muhammad bin Isma'il, juga belum pernah ada orang
yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang melebihi kealimannya."
8.
Muslim
(pengarang kitab Sahih) berkata ketika Bukhari menyingkap satu cacat hadits
yang tidak di ketahuinya; "Biarkan saya mencium kedua kaki anda, wahai
gurunya para guru dan pemimpin para ahli hadits, dan dokter hadits dalam
masalah ilat hadits."
9.
al-Hafiz
Ibn Hajar yang menyatakan: "Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada
Bukhari masih terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan
nafas. Ia bagaikan lautan tak bertepi."
Adapun diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut : Al
Jami' as Sahih (Sahih Bukhari), Al Adab al Mufrad, At Tarikh ash
Shaghir, At Tarikh al Awsath, At Tarikh al Kabir, At Tafsir al Kabir, Al Musnad
al Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fi ash Shalah, Birru al Walidain, Kitab
al Asyribah, Al Qira`ah Khalfa al Imam, Kitab ad Dlu'afa, Usami ash Shahabah,
Kitab al Kuna, Al Hbbah, Al Wihdan, Al Fawa`id, Qadlaya ash Shahabah wa at
Tabi'in, dan juga kitab Masyiikhah.
Wafat beliau
Imam Bukhari keluar menuju
Samarkand, Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah
untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama
beberapa hari. Dan Akhirnya beliau meninggal pada hari sabtu tanggal 31 Agustus
870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau
dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Semoga Allah selalu
merahmatinya dan ridla kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar