Gedongan merupakan salah satu pondok pesantren tertua di kabupaten Cirebon. Letaknya berada di blok Gedongan desa Ender kecamatan Pangenan kabupaten Cirebon Jawa Barat. Sekitar 20 km dari kota Cirebon. Pesantren ini didirikan sejak awal abad ke 19 oleh KH. Muhammad Said. Sebelum pesantren tersebut didirikan, Gedongan masih berupa hutan belantara. Maka dikatakan bahwa Kiai Said -sebagaimana beliau lebih dikenal dengan nama tersebut- adalah orang yang pertama kali babad alas di daerah tersebut.
Hingga sekarang, Gedongan masih dipimpin oleh generasi ke tiga yaitu cucu kiai Said yaitu KH. Amin Siroj. Dimana beliau adalah cucu termuda dari putra kiai Said yang bungsu yaitu KH. Siroj.
Pada mulanya, kiai Said hanya memiliki beberapa santri sebagai cikal bakal pendirian pesantren tersebut. Hingga beberapa tahun kemudian, Gedongan mulai dikenal oleh masyarakat umum. Hal ini terbukti dengan banyaknya santri yang semakin berdaatangan dari segala penjuru. Bahkan bukan hanya dari Cirebon, melainkan dari berbagai daerah yang ada di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan lain sebagainya.
Seiring dengan berjalannya waktu, pesantren Gedongan selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat dengan mendirikan pendidikan formal maupun non formal. Keduanya disinergikan demi terbentuknya alumni yang bisa menguasai dua bidang keilmuan secara umum yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Maka dibentuklah beberapa lembaga pendidikan yang menekuni bidang keilmua agama dengan Madrasah diniyyah an-Nidzamiyyah serta pendidikan formal dengan Yayasan Manbaul Hikmah serta yang lainnya.
Pada kesempatan ini kami akan menggambarkan secara
ringkas tentang kondisi real Pondok Peantren Gedongan.
1.
Asrama
Pondok Pesantren
Gedongan (selanjutnya akan disebut dengan Gedongan) merupakan satu kesatuan
dari beberapa asrama yang memiliki beberapa ciri khas pada masing-masing
asrama. Hal ini membuktikan bahwa Gedongan mencoba memberikan kesempatan bagi
siapapun yang ingin memperdalam ilmu di sana. Dalam hal ini berkaitan dengan
apa yang ditawarkan oleh masing-masing asrama. Sebab ciri khas yang ada ini menjadi
semacam pilihan tersendiri bagi siapapun yang menginginkannya.
Sejak berdirinya,
Gedongan mencoba merespon terhadap kebutuhan masyarakat dewasa ini. Dimana
pluralitas yang sangat banyak terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat
senantiasa berkembang dan berinovasi. Oleh karenanya tantangan tersebut dijawab
oleh gedongan dengan berdirinya beberapa asrama yang beragam. Adapun beberapa
asrama terebut adalah:
1.1.Sirojussu’adai
Pondok
Pesantren Sirojussu’adai merupakan pesantren yang didirikan oleh KH. Amin Siroj
pada tahun 1964. Pada mulanya, pesantren ini merupakan majlis ta’lim dari
santri-santri non mukim yang berasal dari lingkungan pondok pesantren Gedongan.
Sehingga pesantren ini lebih dikenal dengan Majlis Ta’lim Sorojussu’adai atau yang sering disingkat dengan MTSs.
Seiring
berjalanya waktu, majlis ta’lim ini semakin berkembang. Dari santri non mukim
sebagai modal awal pendirianya, bertambah santri-santri mukim yang datang dari daerah sekelilingnya. Maka
mulailah majlis ta’lim ini menjadi semakin dikenal dikalangan masyarakat. Hal
ini terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah santri yang berdatangan baik
dari daerah sekitar maupun dari berbagai daerah lainya di pulau Jawa.
Bahkan, banyak pula diantara mereka yang
berasal dari pulau Sumatra, Kalimantan ataupun Papua. Oleh karenanya majlis
ta’lim ini menjadi pondok pesantren Sirojussu’adai
Adapun
jumlah santri pesantren Sirojussu’adai sejak pertamakali didirikan hingga
sekarang berhasil meluluskan santri kurang lebih sebanyak lima ribu santri. Mereka
tersebar di seluruh nusantara. Mengabdikan diri
kepada masyarakat dengan modal ilmu yang didapatkan. Bahkan diantaranya
ada yang berhasil mendirikan pondok pesantren di daerahnya.
Pesantren
Sirojussu’adai merupakan salah satupesantren yang masih eksis menggunakan sistim pengajian klasik. Dimana
kitab kuning menjadi dagangan utama serta makanan pokok. Dalampengajaranya,
pesantren Sirojssu’adai menggunakan sistim pembagian kelas. Dimana daidalamnya
dibagi sesuai dengan kelompok kitab yang sedang dikajinya. Yaitu berdasarkan
kelas kitab Jurmiyah, Amriti, Mutammimah serta Alfiyyah.
Pembagian kelas ini tidak bersifat formal akademik, akan tetapi adanya
pengkelasan ini bertujuan untuk membagi santri berdasarkan kapasitas yang
dimilikinya.
Meskipun
pengkelasan yang dilakukan itu berdasarkan kitab nahwu, bukan berarti
kitab-kitab dari cabang ilmu yang lain tidak dikaji. Akan tetapi cabang ilmu
lain seperti fikih, akhlak, tarikh Islam, tafsir, hadis, tauhid serta tajwid
pun juga menjadi menu utama yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini dilakukan
mengingat banyaknya persoalan masyarakat yang harus diselesaikan dengan
berbagai disiplin ilmu. Sehingga dengan harapan santri yang telah lulus nanti
menjadi pribadi yang matang dan siap untuk terjun ke masyarakat.
Adapun
dalam pengajian al-Qur’an, semua santri diwajibkan untuk mengikuti tanpa harus
memandang kelas. Sebab khusus untuk bidang ini secara langsung pengajaranya
satu persatu oleh kiai.
Disamping
kegiatan pokok mengaji, pesantren Sirojussu’adai juga mengadakan kegiatan lain
sebagai penunjang dari kegiatan yang telah ada. Kegiatan tersebut dibagi
berdasarkan pengelompokan waktu sebagai berikut:
a. Setiap
hari: Musyawarah kitab, diskusi, serta
nadzoman bersama (lalaran).
b. Mingguan: Khitobiyahan, dibaiyahan,
tahlil bersama, ziarah ke makam sesepuh, yasinan dan roan (kerjabakti
bersama).
c. Setengah
bulan: Khitobiyah an gabungan bersama pesantren yang ada di sekeliling
pesantren Sirojussu’adai
d. Bulanan:
Dibaiyah an bersama selurus santri pondok pesantren Gedongan
e. Tahunan:
Peringatan hari besar Islam seperti tahun baru Islam, maulid nabi,
1.2. Madrasah al-Huffadz I
Madrasah al-Huffadz I (selanjutnya akan
ditulis MH I) adalah salah satu asrama yang didirikan oleh KH. Abu Bakar Sofwan
al-Hafidz dan Ny. Hj. Zainab pada tahun 1965 (belum diketahui pasti).
MH I merupakan pesantren yang beda dari
yang lain dari sisi pelajaran dan kurikulum jika dibandingkan dengan pesantren
lain pada umumnya. Dimana sesuai dengan nama pesantren tersebut, MH I merupakan
wadah bagi mereka yang ingin menghafalkan al-Qur’an secara khusus. Oleh
karenanya, sejak berdiri hingga sekarang keluaran MH I merupakan para hafidz
dan hafidzoh yang telah berhasil menghafalkan al-Qur’an 30 juz.
1.3. Madrasah al-Huffadz II
Madrasah al-Huffadz II merupakan pondok
peantren yang didirikan oleh KH. Masduqi Amin dan Ny. Hj. Lili Muhibbah pada
sekitar tahun 1980 an. MH II ini juga merupakan wadah yang menyelenggarakan
pendidikan tahfidz sebagaimana MH I. Sebab pesantren ini didirikan oleh putra
dari Ny. Zainab yang merupakan pendiri dari MH I.
Bila dibandingkan dengan MH I, maka
MH II memiliki ciri khas tambahan yang berbeda dengan pondok pesantren yang
didirikan orang tuanya. Dimana MH II memiliki kajian tambahan dalam pengkajian
kitab kuning sebagai langkah awal santri sebelum menghafalkan al-Qur’an. Dengan
kata lain, materi tahfidz al-Qur’an biasanya dilakukan setelah santri melalui
tahap awal yaitu mengkaji kitab kuning dan telah menghatamkan al-Qur’an bil
ghoib.adapun setelah santri berhasil menghatamkan al Quran bil ghoib maka dia
diberikan pilihan untuk melanjutkan kajian kitab atau menghafalkan al-Qur’an.
Adapun di dalam kegiatan yang
lainnya, MH II tidak jauh beda dengan pondok pesantren lain di Gedongan. Baik
kegiatan harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Hanya beberapa hal saja yang
sedikit memiliki cara yang berbeda.
1.4. Assa’idiyyah
Assa’idiyyah merupakan pondok pesantren
yang didirikan oleh KH. Abu Bakar Muhtarom dan Ny. Hj. Raudhotul Jannnah.
1.5. Al-Shighor
Al-Shighor merupakan asrama dengan ciri khas yang
sangat berbeda dibandingkan asrama lain yang ada di Gedongan. Bila kebanyakan
asrama yang ada di Gedongan lebih menekankan pada pemahaman kitab kuning, maka
pesantren ini memiliki terobosan baru dengan menghususkan pada pengkajian
bahasa internasional. Dalam hal ini
bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi prioritas.
Al-Shighor sendiri merupakan pesantren yang
didirikan oleh KH. Bisyri Imam dan Ny. Hj. Dzarratul Jannah. Santri di
al-Shighor ini merupakan santri terbanyak diantara asrama yang ada di Gedongan.
1.6. Ikmaly
Ikmaly merupakan satu asrama yang didirikan oleh K.
Muhammad dan Ny. Imroh Yusuf. Pesantren ini telah berdiri lama yaitu sejak
zaman kiai Yusuf. Kepemimpinan pondok sekarang ini banyak dibantu oleh menantu
dari K. Ahmad yaitu K. Khozinatul Asror.
Pondok ini
memiliki ciri khas pengkajian kitab kuning sebagaimana asrama di
Gedongan kebanyakan. Meskipun asrama ini dibilang kecil, akan tetapi telah
menghasilkan alumni yang memiliki kiprah di masyarakat.
1.7. At-Taat
Pesantren ini merupakan asrama yang didirikan oleh
KH. Taufikurrahman Yasin beberapa tahun silam.kehadirannya ingin meramu antara
ilmu syariat dan ilmu hakikat sebagai pegangan hidup. Hal ini sebagaimana
tersirat dari namanya “At-Taat” yang memiliki arti tahalli, takholli dan
tajalli dimana konsep ini merupakan proses pencapaian derajat manusia
menuju tuhannya.
Adapun ciri khusus dari asrama ini juga ama seperti
asrama lain yaitu pengkajian kitab kuning tanpa meninggalkan ilmu umum serta
dunia formal.
1.8. Al-Hikmah
Al-Hikmah merupakan asrama yang didirikan oleh KH.
Abdul Hayyi Imam dan Ny. Uun. Asrama yang berlokasi di depan gedung TK
Al-Hikmah ini merupakan pesantren salaf yang memadukan wawasan baru kemodernan.
1.9. Manbaul Hikmah
Asrama ini didirikan oleh K. Hamdi dan Ny. Hj. Khusnul Khotimah. Asrama ini merupakan jawaban bagi siswa ataupun siswi yang
ingin sekolah di Manbaul Hikmah, sebab dari namanya, pesantren ini terinspirasi
oleh nama sekolah yang ada di Gedongan.
Sebagaimana asrama lain di Gedongan, asrama ini juga
eksis dalam pengkajian kitab kuning sebagai kajian utama setelah al-Quran.
1.10. Al-Jari
Asrama ini merupakan asrama yang didirikan oleh KH.
Mukhlas Dimyathi. Lokasinya di sebelah timur melewati jembatan Kreteg. Pesantren
ini dibilang kecil yang juga selalu eksis dalam pengkajian kitab kuning. Meskipun
secara tidak langsung pesantren ini juga sering dijadikan tempat untuk
mengobati santri yang memiliki masalah.
1.11. Al-Wafa
Diantara pesantren yang ada di Gedongan, maka
Al-Wafa merupakan pesantren yang masih seumur jagung. Pesantren ini didirikan
oleh K. Bahri. Lokasinya di sebelah timur makan pesantren Gedongan. Pesantren
ini memiliki ciri khusus yaitu tahfidz al-Quran dengan tetap menjalankan
tradisi ulama salaf lainnya yaitu dengan pengkajian kitab kuning.
1.12.
Dll.
2.
Unit
Pendidikan
Sebagai
lembaga yang eksis melayani kebutuhan masyarakat akan pendidikan, Gedongan
memiliki beberapa lembaga pendidikan yang beragam. Hal ini menjadi semacam
pilihan tersendiri bagi orang tua antri yang akan menitipkan anaknya belajar di
sini. Sebab, adanya beberapa pilihan menjadi mudah bagi orang tua untuk memilih
sekolah mana yang dia kehendaki.
Adapun beberapa
unit pendidikan yang ada di Gedongan adalah sebagai berikut:
1.
Madrasah Ibtidaiyyah Manbaul
Hikmah
2.
Madrasah Tsanawiyyah Manbaul Hikmah
3.
SMP Al-Shighor
4.
SMP Mu’allimin Mu’allimat
5.
SMP Takhossus Al-Qur’an
6.
SMP Al-Alawiyyah
7.
MA manbaul Hikmah
8.
MA Al-Shigor
9.
SMK Al-Shighor
10. SMA Al-Alawiyyah
11. Madrasah Diniyyah An-Nidzomiyyah
12. Madrasah malam
13. Universitas Nahdlatul Ulama (Cabang Cirebon)
Derasnya gelombang pendidikan yang semakin berkembang, maka perlu kiranya melakukan terobosan baru demi memenuhi berbagai keinginan masyarakat yang plural. Oleh karenanya, dibentuklah SMP - SMA Pondok Pesantren Gedongan yang rencananya akan mulai beroperasi tahun pelajaran 2015/2016. Sebagaimana dalam brosur dibawah ini.
Meskipun tahap awal, namun SMP SMA ini dikhususkan untuk mencetak santriwan santriwati yang unggulan. Dengan harapan kebutuhan akan minat masyarakat semakin terpenuhi.
3. Program Kemasyarakatan
Disamping menyelenggarakan pendidikan bagi santri muqim, Gedongan juga membuka wadah sebagai kumpulnya masyarakat dengan membentuk jamiyyah ibu-ibu ataupun para pelajar untuk mengaji khusus kepada para kiai. Adapun kegiatan ini biasanya dilakukan berkala setiap seminggu atau sebulan sekali. Pembinaan terhadap mereka merupakan satu bukti bahwa pesantren merangkul semua lapisan masyarakat
Selain program tersebut, Gedongan juga membuka perekrutan untuk magang ke Jepang. Program ini dilakukan atas kerjasama Pesantren Gedongan dengan pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar