Andai
pohon bisa bicara, mungkin kita akan tahu apa yang diinginkan oleh pohon. Andai
pohon bisa menyapa, mungkin ia kan selalu menyapa kita setiap kali kita
berjumpa denganya. Wawww!!! Benarkah??? Tentu, itu semua tak bisa dan sangat mustahil. Tapi, sejatinya kita selalu mendengar rinihan
pohon setiap kali angin menerpa dirinya. Ya, sungguh pun ia tak berkata, namun
gelayut tubuhnya memberi isyarat kepada kita bahwa sejatinya ia pun memiliki
kehidupan layaknya seperti manusia. Hanya saja, kita enggan mendengar ataupun
sedikit melirik makna-makna yang muncul darinya. Kok bisa??? Ya, karna kita
telah buta atau bahkan membutakan diri dari desahan hatinya.
Jika
sejenak kita berfikir, tentang penciptaan Tuhan, kita sebenarnya seperti anak TK
yang baru belajar mengeje kehidupan ini. Bayangkan! Apakah kita tahu pohon
beringin? Ya, semua kita tahu. Ia adalah pohon yang tinggi besar. Tapi, ia
memiliki buah yang sangat kecil seukuran biji kapas dan tak sebanding dengan
ukuran tubuhnya. Atau, apakah kita tahu pohon semangka? Ya, jelas dong. Ia
adalah pohon yang berbadan kecil sejari manusia dan memanjang. Tapi, ia
memiliki buah yang WAWW... sangat menakjubkan. Berat buah yang dihasilkanya
bisa sampai 5 kg.
Jika
dipikir-pikir sekilas, kayaknya Tuhan gak adil banget yah. Harusnya pohon
beringin yang pohonya besar memiliki buah yang besar pula. Tapi, kenapa
sebaliknya??
Nah,
disinilah letak keadilan Tuhan sob. Coba bayangkan! Jaman dulu itu belum
banyak yang namanya rumah, gubug, atapun
tempat berteduh. Makanya, tepat satu-satunya itu ya kita meski mencari pohon
yang besar untuk berteduh. Sambil merasakan semilirnya angin. Bayangkan! Kalau
pohon beringin itu buahnya segede semangka, kalau pas ada orang berteduh terus kejatuhan
buahnya,bakal gimana??? Ya, kalau ga mati ya setidaknya dia bakal kelejotan dan
kesakitan. Nah, untungnya Tuhan membuatnya seperti itu, jadi gak masalah dech.
Tapi,
anehnya, setelah sekarang banyak rumah, gubug ataupun bahkan gedung-gedung
pencakar langit yang ber AC. Sepertinya pohon-pohon yang dulu sangat berjasa
seperti tersisihkan. Ia bahkan dibabat habis. Sungguh tragis. Jasanya kini tak
dikenang lagi. Hinga ia tidak diberi ruang untuk sedikit menghirup udara dunia
yang kita huni.
Ia
berkata pada temanya. “Manusia sungguh serakah, andai aku bisa berkata padanya,
akan ku katakan “MAMPUS LU, DUNIA AKAN TERASA PANAS TANPAKU”,”.
Nyatanya,memang
begitulah yang kita alami. Tanpa ada pohon, manusia takan pernah merasakan
kehidupan ini. Jadi, marilah kita tanam kehidupan kita. Kehidupan hijau penuh
dengan rerimbunan pohon. Ingat loh, Banyak pohon, banyak rejeki!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar