Blem.com: Mengenali Sifat Hati yang Jernih

Senin, Juli 23, 2018

Mengenali Sifat Hati yang Jernih

 Manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki dua sifat sekaligus. Baik dan buruk. Adakalanya sifat itu menjadi baik apabila terdorong oleh nurani yang jernih. Kadang pula berlaku buruk bila ternyata bisikan syetan telah menguasai. Hal ini menjadi sunnatullah dan hukum alam. Tidak semua manusia berbuat baik dan tidak pula sebaliknya. Oleh karenanya positif dan negative menjadi menjadi ciri has sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna ini.

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah apabila manusia melakukan hal baik maka sejatinya dari Allah dan apabila ia melakukan hal buruk berarrti itu dating dari hawa nafsunya.

Pertanyaan kemudian adalah, mengapa Allah menciptakan nafsu untuk manusia? Pertama mari kita ulas kembali pelajaran tauhid yang menjelaskan tentang kehendak dan kuasa Allah. Allah sebagai pencipta memiliki hak penuh menjadikan makhluknya dengan bentuk dan sifat baaimanapu. Bisa jadi Allah menciptakan manusia dengan paras yang sempurna. Ditambah dengan kesalehan yang diakui oleh halayak. Atau sebaliknya, menciptakan manusia dengan wujud seadanya serta dengan segala label keburukannya.

Apakah hal ini merupakan contoh ketidak adilan? Bukan. Sebagai landasan dari alas an ini adalah adanya sifat Allah yang Maha Berkehendak atas apa saja yang Dia kehendaki. Manusia merupakan makhluk emah yang digerakkan oleh kuasaNya.

Sebagai kesempurnaan penciptaanNya, Allah jadikan manusia dengan nafsu dan akal. Dengan nafsu, manusia memiliki potensi melakukan hal-hal buruk. Akan tetapi dengan akal Ia ciptakan manusia agar berfikir terhadap apa yang dia perbuat. Apakah hal itu bertentangan dengan ajaranNya atau tidak? Sebagai perangkat dalam kesempurnaan pula Allah mengutus nabi dan rasulNya untuk menyampaikan risalah kepada segenap manusi.

Oleh karenanya, bisa jadi nafsu mengajak melakukan hal buruk, akan tetapi akal sehat berbicara lain. Ia lebih mengedepankan berfikir sehat daripada melakukan hal buruk. Jika ia tetap melakukan hal buruk, berarti hawa nafsu telah mengalahkanNya. Akan tetapi jika yang terjadi adlah sebaliknya, maka berarti akal sehat menuntun untuk melakukan hal-hal yang lebih mulia.

Lalu, bagaimanakah mengetahui suatu hal itu baik atau buruk?
Allah sudah menjelaskan dalam firmanNya “maa kadzaba al fuaadu maa roa” yang jika diterjemahkan bebas berarti hati tidak pernah berbohong atas apa yang ia ketahui. Dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh hati merupakan suatu kebenaran.

Dari sini kita bias jabarkan kemudian bahwa didalam diri manusia terdapat segumpal daging yang apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Apabila daging itu buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya, yaitu hati. Maka, pada dasarnya hati dikelompokkan menjadi dua yaitu: hati yang baik atau yang dalam bahasa arab disebut “fuad” atau hati yang buruk yang disebut dengan hawa nafsu.

Pada saat-saat tertentu, hati menjadi buruk, yaitu apabila telah dikendalikan oleh bisikan syetan. Meskipun dalam waktu yang sama menurut hati terdalam akan menolak apa yang dilakukan oleh hawa nafsu. Maka ini berarti bahwa apa yang dilakukan oleh hati memiliki dua kemungkinan. Yaitu kemungkinan berbuat baik atau sebaliknya. Akan tetapi jika hati memerintahkan hal buruk, maka itu datangnya dari syetan akan tetapi jika ajakannya baik maka itu berarti dari hati yang bening.

Lalu bagaimanakan cara mengetahui apakah suatu hal itu baik atau buruk?
Untuk mengetahui kebaikan, kita gunakan standar dari firman Allah diatas bahwa hati tidak pernah berbohong. Oleh karenanya, apabila melakukan hal baik, maka hati akan menerima dengan baik. Hal ini berarti pula bahwa ia tidak akan menolak. Sehingga yang ia perbuat akan dilakukan dengan tanpa ragu-ragu. Tidak merasa malu atau takut diketahui oleh orang lain.

Sebaliknya, apabila apa yang ia lakukan adalah hal buruk, maka dalam hati kecil akan merasa malu, menunggu sepi, takut diketahui oleh orang lain. Hal ini karena menurut hati yang bening mengatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang buruk.

Sebagia contoh adalah apabila seseorang melakukan sedekah, sholat atau ibadah-ibadah yang lain, ia akan melakukan hal tersebut dengan biasa saja. Tanpa takut aka nada yang melihat atau mengetahuinya. Meskipun ada juga yang sengaja menutupinya akan tetapi perasaan itu didasari agar ibadah yang ia lakukan bias ikhlas dan murni karena Allah. Bukan karena hal itu buruk.

Contoh yang kedua adalah pencuri. Adakah yang berani terang-terangan? Saya yakin tidak. Sebab meskipun dilakukan ditengah-tengah keramaian, dalam hati kecil ia menolak dan ragu untuk melakukannya. Keraguan tersebut ditandai pula dengan malu dan menghindar agar apa yang ia perbuat tidak diketahui oleh orang lain. Sebab jika dikatahui, maka ia akan merasa malu. Karena yang diperbuatnya adalah keburukan.


Berbeda halnya ketika melakukan hal baik dan positif. Hati akan menerima dan tidak ragu akan dilihat oleh siapapun. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa perbuatan baik pasti akan diterima oleh hati, fikiran dan semua badan. Perbuatan buruk akan dilakukan dengan badan tetapi ditolak oleh hati yang bening. Maka, apabila seseorang melakukan sesuatu dan takut diketahui dan ditolak oleh hati, maka dipastikan hal yang ia lakukan adalah kurang baik. Begitu pula sebaliknya.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar