Blem.com: Bangsa yang Miskin

Rabu, Mei 29, 2013

Bangsa yang Miskin



Mungkin anda akan marah, sewot, ataupun apalah itu ekspresi anda bila anda dikatakan sebagai “Miskin”. Satu nama yang punya konotasi sangat rendah dimata kita. Namun, lagi-lagi kata itu tak juga selesai kita dengar dimana-mana. Media televisi yang selalu eksis menampilkan problem kemiskinan pun tak pernah henti dari sorotan kita. Tak ayal jika kemudian momok “Miskin” merupakan hal yang benar-benar memalukan.
Dalam  kepiluan ini, pemerintah sebagai pemegang otoritas ini memiliki tanggung jawab sekaligus wewenang atas apa yang nampak di masyarakat kita adalah wajah kemiskinan. Mungkin, kita akan tercengan bila kita mendapat komentar dari bangsa lain “Indonesia itu negara MISKIN”. Atau, bahkan anda akan jungkir balik menutupi fakta yang benar-benar tak terelakan lagi. Waw... kemiskinan seakan jadi benalu dalam sebuah nama baik.
Namun, sejauh ini, kemiskinan yang sebenarnya bukan  hanya terjadi dikalangan orang berekonomi rendah atau dibawah rata-rata. Yang terjadi sekarang ini hanyalah kemiskinan jiwa. Meskipun harta melimpah, namun  ssikap miskin sangat nampak dan bahkan sangan gencar dikalangan kita.  Satu diantara sifat miskin  yang terjadi adalah “selalu merasa kurang” dengan apa yang telah didapatkan. Sehingga sikap ini akan berujung pada penghalalan segala macam cara. Dari menipu, korupsi dan nepotisme. Nampaknya, dampak dari kemiskinan itu menghapuskan sifat malu serta membuat muka setebal baja untuk berkata dengan tindakanya “Kaya adalah sebuah kebanggaan, miskin merupakan sebuah aib, jadilah orang kaya, tak peduli bagaimana cara kita menjadi kaya”. Waw,,, kiranya kita telah terperosok pada miskin yang sebenarnya. Bahkan, bukan hanya para pengamen jalanan atau orang-orang pinggiran yang tak punya tempat tinggal. Kemiskinan telah masuk pada ranah elit plitik kita. Namun, mau gayah mereka dikatakan miskin???
Kemiskinan yang sebenarnya bukanlah miskin harta dengan tidak makan sehari tiga kali. Miskin yang telah mendarah daging di bangsa kita adalah miskin “hati” yang membuat muka setebal baja. Tidak pernah merasa cukup dan tidak tahu orang-orang yang miskin sebenarnya.
Sikap miskin juga terjadi dan bahkan itu menjadi sebuah kewajaran. Sebagi contoh ril adalah ketika diadakan pemabagian beras sembako ataupun saat pemerintah menggelontorkan uang kompensasi kemiskinan. Bukan hanya yang miskin, bahkan orang yang kaya yang tak kebagian jatah kompensasi tersebut juga melakukan demo menuntut “jatah orang miskin”. ´dengan bangga dan lantangnya memiskinkan dirinya dengan cara yang memalukan sekaligus memilukan. Waw,,, kiranya kemiskinan itu memiliki legalitas resmi, betapa banyak akan kita jumpai orang-orang miskin di negri ini???
Salam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar