Blem.com: Dempul dan Cet

Senin, Desember 30, 2013

Dempul dan Cet





 
                Mengeja kenyataan pada saat ini, para tukang kayu tak ubahnya seperti tukang rias pengantin. Hanya memiliki satu tujuan yaitu keindahan. Bagaimanapun caranya, objek yang diperindah akan selalu berada genggaman tanganya. Sungguh, ini bukanlah sekedar indah atau tidak indah. Sebab keduanya memiliki cara yang tidak jauh berbeda dalam menempuh proses itu. maka, bisa dikatakan bahwa pengantin merupakan objek uji coba para tukang rias untuk ber akting mengaburkan nilai yang sebenarnya. Apa itu? tahukan anda bagaimana bentuk dan paras semua orang? Tentu kita tahu bahwa semuanya memiliki perbedaan. Bahkan, perbedaan tadi sangat mencolok. Karena, memang sifat manusia itu sudah pasti berbeda. Bahkan sebagaimana Allah katakan ini adalah sunnatullah. Siapakah yang akanmelawan sunnatullah? Tentu tidak akan ada yang bisa.
                Tidaak jauh beda dengan dempul dan cet, keduanya juga memiliki peran yang sama yaitu memanipulasi objek sehingga tampak lebih elegan. Dalam sejarah pertukangan, permaianan bersama kayu bukanlah hal yang aneh. Pemanipulasian kayu bukan hanya terjadi di tingkat tukang, melainkan lebih jauh lagi ini sudah menjadi ulah yang mengusik para cukong-cukong kayu di daerah hutan sana. Bukti konkrit adalah, ketika kita membeli kayu yang sudah terikat rapih, maka akan tampak di luarnya semuanya rapih, tanpa satu pun yang cacat. Akan tetapi ketika sampai di rumah, maka akan kita perhatikan betapa hancurnya isi kayu di dalam. Ini meruppaka pembohongan terang-terangan. Bagaimana tidak, berbeda dengan dagang nabi yang selalu mengatakan bahwa barang yang dijualnya cacat. Modal yang ditempuh adalah kejujuran. Bukan sebaliknya. Akan tetapi memang ini menjadi hal yang rumit untuk diselesaikan. Kebohongan dan pembohongan sudah menjamur di masyarakat. Ya, inilah memang rahasia Tuhan kenapa Dia tidak langsung meng adzab hambanya jika ia berdosa. Tapi memang ini merupakan konsensus yang sudah tidak dapat di ganggu gugat. Memeng demikianlah Tuhan menggariskan.
                Jika kita bandingkan dengan tukang kayu, maka mereka juga memiliki ulah yang tidak jauh berbeda dengan apa yang telah saya katakan tadi. Cuma ada perbedaan nilai dari apa yang mereka perbuat itu. cukong-cukong kayu memiliki sifat yang tamak sedangkan para tukang kayu memiliki nilai seni yang ditujukan. Jadi, memang keduanya memiliki tujuan yang berbeda. Oleh karenanya, tujuan seni adalah wujud ahir yang di dambkan oleh tukang kayu. Tidak lain, ya, memang sepeti itulah kenyataanya.
                Belajar dari tukang kayu, sebenarnya ada yang menarik dimana ketika seseorang memiliki cacat, maka secara otomatis ia akan menutupinya, seperti halnya tukang kayu yang apabila melihat objek yang dijadikanya memiliki cacat, maka ia akan berusaha menutupinya. Tapi tutupini bukanlah saarana untuk membohongi publik, melainkan pencapaian nilai seni yang tinggi. Sehingga jika diterapkan kepada manusia akan berarti bahwa aib semestinya tidak di obral kepada khalayak umum, melainkan sepatutnya di tutupi menjadi rahasia. Meskipun demikian, tidak lantas menjadikan kita hidup penuh dengan kebohongan, ada hal-hal yang memang harus melakukan hal yang demikian, meskipun di sisi yang lain kita juga diperbolehkan merahasiakan belang kita.
                Selamat  merenung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar