Mengeja
kenyataan pada saat ini, para tukang kayu tak ubahnya seperti tukang rias
pengantin. Hanya memiliki satu tujuan yaitu keindahan. Bagaimanapun caranya,
objek yang diperindah akan selalu berada genggaman tanganya. Sungguh, ini bukanlah
sekedar indah atau tidak indah. Sebab keduanya memiliki cara yang tidak jauh
berbeda dalam menempuh proses itu. maka, bisa dikatakan bahwa pengantin
merupakan objek uji coba para tukang rias untuk ber akting mengaburkan nilai
yang sebenarnya. Apa itu? tahukan anda bagaimana bentuk dan paras semua orang?
Tentu kita tahu bahwa semuanya memiliki perbedaan. Bahkan, perbedaan tadi
sangat mencolok. Karena, memang sifat manusia itu sudah pasti berbeda. Bahkan
sebagaimana Allah katakan ini adalah sunnatullah. Siapakah yang akanmelawan
sunnatullah? Tentu tidak akan ada yang bisa.
Tidaak
jauh beda dengan dempul dan cet, keduanya juga memiliki peran yang sama yaitu
memanipulasi objek sehingga tampak lebih elegan. Dalam sejarah pertukangan,
permaianan bersama kayu bukanlah hal yang aneh. Pemanipulasian kayu bukan hanya
terjadi di tingkat tukang, melainkan lebih jauh lagi ini sudah menjadi ulah
yang mengusik para cukong-cukong kayu di daerah hutan sana. Bukti konkrit
adalah, ketika kita membeli kayu yang sudah terikat rapih, maka akan tampak di
luarnya semuanya rapih, tanpa satu pun yang cacat. Akan tetapi ketika sampai di
rumah, maka akan kita perhatikan betapa hancurnya isi kayu di dalam. Ini
meruppaka pembohongan terang-terangan. Bagaimana tidak, berbeda dengan dagang
nabi yang selalu mengatakan bahwa barang yang dijualnya cacat. Modal yang
ditempuh adalah kejujuran. Bukan sebaliknya. Akan tetapi memang ini menjadi hal
yang rumit untuk diselesaikan. Kebohongan dan pembohongan sudah menjamur di
masyarakat. Ya, inilah memang rahasia Tuhan kenapa Dia tidak langsung meng
adzab hambanya jika ia berdosa. Tapi memang ini merupakan konsensus yang sudah
tidak dapat di ganggu gugat. Memeng demikianlah Tuhan menggariskan.
Jika
kita bandingkan dengan tukang kayu, maka mereka juga memiliki ulah yang tidak
jauh berbeda dengan apa yang telah saya katakan tadi. Cuma ada perbedaan nilai
dari apa yang mereka perbuat itu. cukong-cukong kayu memiliki sifat yang tamak
sedangkan para tukang kayu memiliki nilai seni yang ditujukan. Jadi, memang
keduanya memiliki tujuan yang berbeda. Oleh karenanya, tujuan seni adalah wujud
ahir yang di dambkan oleh tukang kayu. Tidak lain, ya, memang sepeti itulah
kenyataanya.
Belajar
dari tukang kayu, sebenarnya ada yang menarik dimana ketika seseorang memiliki
cacat, maka secara otomatis ia akan menutupinya, seperti halnya tukang kayu
yang apabila melihat objek yang dijadikanya memiliki cacat, maka ia akan
berusaha menutupinya. Tapi tutupini bukanlah saarana untuk membohongi publik,
melainkan pencapaian nilai seni yang tinggi. Sehingga jika diterapkan kepada
manusia akan berarti bahwa aib semestinya tidak di obral kepada khalayak umum,
melainkan sepatutnya di tutupi menjadi rahasia. Meskipun demikian, tidak lantas
menjadikan kita hidup penuh dengan kebohongan, ada hal-hal yang memang harus
melakukan hal yang demikian, meskipun di sisi yang lain kita juga diperbolehkan
merahasiakan belang kita.
Selamat merenung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar