Biografi Imam Tirmidzi[1]
Nama Imam Tirmidzi adalah Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adl
Dlahhak. Kunyah beliau adalah Abu 'Isa. At Tirmidzi adalah nisbah kepada negri
tempat beliau di lahirkan (Tirmidz), yaitu satu kota yang terletak di arah selatan
dari sungai Jaihun, bagian selatan Iran.
Tanggal lahir: para pakar sejarah tidak menyebutkan tahun kelahiran
beliau secara pasti, akan tetapi sebagian yang lain memperkirakan bahwa
kelahiran beliau pada tahun 209 hijriah. Sedang Adz Dzahabi berpendapat dalam
kisaran tahun 210 hijriah.
Ada satu berita yang mengatakan bahwa imam At Tirmidzi di lahirkan
dalam keadaan buta, padahal berita yang akurat adalah, bahwa beliau mengalami
kebutaan di masa tua, setelah mengadakan lawatan ilmiah dan penulisan beliau
terhadap ilmu yang beliau miliki.
Beliau tumbuh di daerah Tirmidz, mendengar ilmu di daerah ini
sebelum memulai rihlah ilmiah beliau. Dan beliau pernah menceritakan bahwa
kakeknya adalah orang marwa, kemudian berpindah dari Marwa menuju ke tirmidz,
dengan ini menunjukkan bahwa beliau lahir di Tirmidzi.
Berbagai literatur-literatur yang ada tidak menyebutkan dengan
pasti kapan imam Tirmidzi memulai mencari ilmu, akan tetapi yang tersirat
ketika kita memperhatikan biografi beliau, bahwa beliau memulai aktifitas
mencari ilmunya setelah menginjak usia dua puluh tahun. Maka dengan demikian,
beliau kehilangan kesempatan untuk mendengar hadits dari sejumlah tokoh-tokoh
ulama hadits yang kenamaan, meski tahun periode beliau memungkinkan untuk
mendengar hadits dari mereka, tetapi beliau mendengar hadits mereka melalui
perantara orang lain. Yang nampak adalah bahwa beliau memulai rihlah pada tahun
234 hijriah.
Beliau memiliki kelebihan; hafalan yang begitu kuat dan otak encer
yang cepat menangkap pelajaran. Sebagai permisalan yang dapat menggambarkan
kecerdasan dan kekuatan hafalan beliau adalah, satu kisah perjalan beliau meuju
Makkah, yaitu;
Pada saat aku dalam perjalanan menuju Makkah, ketika itu aku telah
menulis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang syaikh.
Kebetulan Syaikh tersebut berpapasan dengan kami. Maka aku bertanya kepadanya,
dan saat itu aku mengira bahwa "dua jilid kitab" yang aku tulis itu
bersamaku. Tetapi yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid
lain yang masih putih bersih belum ada tulisannya. aku memohon kepadanya untuk
menperdengarkan hadits kepadaku, dan ia mengabulkan permohonanku itu. Kemubeliaun
ia membacakan hadits dari lafazhnya kepadaku. Di sela-sela pembacaan itu ia
melihat kepadaku dan melihat bahwa kertas yang kupegang putih bersih. Maka beliau
menegurku: 'Tidakkah engkau malu kepadaku?' maka aku pun memberitahuka
kepadanya perkaraku, dan aku berkata; “aku telah mengahafal semuanya."
Maka syaikh tersebut berkata; 'bacalah!'. Maka aku pun membacakan kepadanya
seluruhnya, tetapi beliau tidak mempercayaiku, maka beliau bertanya: 'Apakah
telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku?' 'Tidak,' jawabku. Kemubeliaun
aku meminta lagi agar beliau meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemubeliaun
membacakan empat puluh buah hadits, lalu berkata: 'Coba ulangi apa yang
kubacakan tadi,' Lalu aku membacakannya dari pertama sampai selesai tanpa salah
satu huruf pun."
Imam At Tirmidzi keluar dari negrinya menuju ke Khurasan, Iraq dan
Haramain dalam rangka menuntut ilmu. Di sana beliau mendengar ilmu dari
kalangan ulama yang beliau temui, sehingga dapat mengumpulkan hadits dan
memahaminya. Akan tetapi sangat di sayangkan beliau tidak masuk ke daerah Syam
dan Mesir, sehingga hadits-hadits yang beliau riwayatkan dari ulama kalangan
Syam dan Mesir harus melalui perantara, kalau sekiranya beliau mengadakan
perjalanan ke Syam dan Mesir, niscaya beliau akan mendengar langsung dari
ulama-ulama tersebut, seperti Hisyam bin 'Ammar dan semisalnya.
Para pakar sejarah berbeda pendapat tentang masuknya imam At
Tirmidzi ke daerah Baghdad, sehingga mereka berkata; “kalau sekiranya beliau
masuk ke Baghdad, niscaya beliau akan mendengar dari Ahmad bin Hanbal. Al
Khathib tidak menyebutkan at Timidzi (masuk ke Baghdad) di dalam tarikhnya,
sedangkan Ibnu Nuqthah dan yang lainnya menyebutkan bahwa beliau masuk ke
Baghdad. Ibnu Nuqthah menyebutkan bahwasanya beliau pernah mendengar di Baghdad
dari beberapa ulama, beliauntaranya adalah; Al Hasan bin AshShabbah, Ahmad bin
Mani' dan Muhammad bin Ishaq Ash shaghani.
Dengan ini bisa di prediksi bahwa beliau masuk ke Baghdad setelah
meninggalnya Imam Ahmad bin Hanbal, dan ulama-ulama yang di sebutkan oleh Ibnu
Nuqthah meninggal setelah imam Ahmad. Sedangkan pendapat Al Khathib yang tidak
menyebutkannya, itu tidak berarti bahwa beliau tidak pernah memasuki kota
Baghdad sama sekali, sebab banyak sekali dari kalangan ulama yang tidak di
sebutkan Al Khathib di dalam tarikhnya, padahal mereka memasuki Baghdad.
Setelah pengembaraannya, imam At Tirmidzi kembali ke negrinya, kemubeliaun
beliau masuk Bukhara dan Naisapur, dan beliau tinggal di Bukhara beberapa saat.
Adapun neegri-negri yang pernah beliau masuki adalah: Khurasan,
Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, serta Ar Ray.
Guru-guru beliau
Imam at Tirmidzi menuntut ilmu dan meriwayatkan hadits dari
ulama-ulama kenamaan. Di antara mereka adalah: Qutaibah bin Sa'id, Ishaq bin
Rahuyah, Muhammad bin 'Amru As Sawwaq al Balkhi, Mahmud bin Ghailan, Isma'il
bin Musa al Fazari, Ahmad bin Mani', Abu Mush'ab Az Zuhri, Basyr bin Mu'adz al
Aqadi, Al Hasan bin Ahmad bin Abi Syu'aib,
Abi 'Ammar Al Husain bin Harits, Abdullah
bin Mu'awiyyah al Jumahi, 'Abdul Jabbar bin al 'Ala`, Abu Kuraib, Ali bin Hujr,
Ali bin sa'id bin Masruq al Kindi, Amru bin 'Ali al Fallas, Imran bin Musa al
Qazzaz, Muhammad bin aban al Mustamli, Muhammad bin Humaid Ar Razi, Muhammad
bin 'Abdul A'la, Muhammad bin Rafi', Imam Bukhari , Imam Muslim , Abu Dawud,
Muhammad bin Yahya al 'Adani, Hannad bin as Sari, Yahya bin Aktsum, Yahya bun
Hubaib, Muhammad bin 'Abdul Malik bin Abi Asy Syawarib, Suwaid bin Nashr al
Marwazi, Ishaq bin Musa Al Khathami, Harun al Hammal serta yang lainya.
Murid-murid beliau
Kumpulan hadits dan ilmu-ilmu yang di miliki imam Tirmidzi banyak
yang meriwayatkan, beliauntaranya adalah: Abu Bakr Ahmad bin Isma'il As
Samarqandi, Abu Hamid Abdullah bin Daud Al Marwazi, Ahmad bin 'Ali bin Hasnuyah
al Muqri`, Ahmad bin Yusuf An Nasafi, Ahmad bin Hamduyah an Nasafi, Al Husain
bin Yusuf Al Farabri, Hammad bin Syair Al Warraq, Daud bin Nashr bin Suhail Al
Bazdawi, Ar Rabi' bin Hayyan Al Bahili, Abdullah bin Nashr saudara Al Bazdawi, Abd
bin Muhammad bin Mahmud An Safi, Ali bin 'Umar bin Kultsum as Samarqandi, Al
Fadhl bin 'Ammar Ash Sharram, Abu al 'Abbas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub, Abu
Ja'far Muhammad bin Ahmad An Nasafi, Abu Ja'far Muhammad bin sufyan bin An
Nadlr An Nasafi al Amin, Muhammad bin Muhammad bin Yahya Al Harawi al Qirab, Muhammad
bin Mahmud bin 'Ambar An Nasafi, Muhammad bin Makki bin Nuh An Nasafai, Musbih
bin Abi Musa Al Kajiri, Makhul bin al Fadhl An Nasafi, Makki bin Nuh, Nashr bin
Muhammad bi Sabrah, Al Haitsam bin Kulaib dan lain sebagainya.
Persaksian para ulama terhadap beliau
Persaksian para ulama terhadap keilmuan dan kecerdasan imam
Tirmidzi sangatlah banyak, beliauntaranya adalah:
1.
Imam
Bukhari berkata kepada imam At Tirmidzi; ilmu yang aku ambil manfaatnya darimu
itu lebih banyak ketimbang ilmu yang engkau ambil manfaatnya dariku."
2.
Al
Hafiz 'Umar bin 'Alak menuturkan; “Bukhari meninggal, dan beliau tidak
meninggalkan di Khurasan orang yang seperti Abu 'Isa dalam hal ilmu, hafalan,
wara' dan zuhud."
3.
Ibnu
Hibban menuturkan; “Abu 'Isa adalah sosok ulama yang mengumpulkan hadits,
membukukan, menghafal dan mengadakan diskusi dalam hal hadits."
4.
Abu
Ya'la al Khalili menuturkan; “Muhammad bin 'Isa at Tirmidzi adalah seorang
yang tsiqah menurut kesepatan para ulama, terkenal dengan amanah dandan
keilmuannya.
5.
Abu
Sa'd al Idrisi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang di
ikuti dalam hal ilmu hadits, beliau telah menyusun kitab al jami', tarikh dan
'ilal dengan cara yang menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang alim yang
kapabel. Beliau adalah seorang ulama yang menjadi contoh dalam hal
hafalan."
6.
Al
Mubarak bin al Atsram menuturkan; “Imam Tirmidzi merupakan salah seorang imam
hafizh dan tokoh."
7.
Al
Hafizh al Mizzi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang
menonjol, dan termasuk orang yang Allah jadikan kaum muslimin mengambil manfaat
darinya.
8.
Adz Dzahabi menuturkan; “Imam Tirmidzi
adalah seorang hafizh, alim, imam yang kapabel
9.
Ibnu
Katsir menuturkan: “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam dalam bidangnya
pada zaman beliau."
Keteledoran Ibnu Hazm;
Dalam hal ini Ibnu Hazm melakukan kesalahan yang sangat fatal,
sebab beliau mengira bahwa At Tirmidzi adalah seorang yang tidak dikenal, maka
serta merta para ulama membantah setatemennya ini, mereka berkata; Ibnu Hazm
telah menghukumi dirinya sendiri dengan keminimannya dalam hal penelaahan,
sebenarnya kapabalitas Imam Tirmidzi tidak terpengaruh sekali dengan statemen
Ibnu Hazm tersebut, bahkan kapabilitas Ibnu Hazm sendiri yang menjadi tercoreng
karena beliau tidak mengenali seorang imam yang telah tersebar kemampuannya.
Dan ini bukan pertama kali kesalahan yang beliau lakukan, sebab banyak dari
kalangan ulama hafizh lagi tsiqah yang terkenal yang tidak beliau
ketahui."
Semua ini kami paparkan
dengan tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat dan pengakuan kami terhadap
keutamaan dan keilmuannya, akan tetapi agar tidak terpedaya dengan
statemen-statemen yang nyeleneh darinya.
Hasil karya beliau
Imam Tirmizi menitipkan ilmunya di dalam hasil karya beliau, beliauntara
buku-buku beliau ada yang sampai kepada kita dan ada juga yang tidak sampai. Di
antara hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah: Kitab Al Jami',
terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi, Kitab Al 'Ilal, Kitab Asy
Syama'il an Nabawiyyah, Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah shallallahu 'alaihi
wa sallam.
Adapun karangan beliau yang tidak sampai kepada kita adalah: Kitab
At-Tarikh, Kitab Az Zuhd, Kitab Al Asma` wa al kuna.
Wafatnya beliau:
Di akhir kehidupannya, imam
at Tirmidzi mengalami kebutaan, beberapa tahun beliau hidup sebagai tuna netra,
setelah itu imam atTirmidzi meninggal dunia. Beliau wafat di Tirmidz pada malam
Senin 13 Rajab tahun 279 H bertepatan dengan 8 Oktober 892, dalam usia beliau
pada saat itu 70 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar