Blem.com: Biografi Imam Tirmidzi

Rabu, Juni 05, 2013

Biografi Imam Tirmidzi



Biografi Imam Tirmidzi[1]
Nama Imam Tirmidzi adalah  Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak. Kunyah beliau adalah Abu 'Isa. At Tirmidzi adalah nisbah kepada negri tempat beliau di lahirkan (Tirmidz), yaitu satu kota yang terletak di arah selatan dari sungai Jaihun, bagian selatan Iran.
Tanggal lahir: para pakar sejarah tidak menyebutkan tahun kelahiran beliau secara pasti, akan tetapi sebagian yang lain memperkirakan bahwa kelahiran beliau pada tahun 209 hijriah. Sedang Adz Dzahabi berpendapat dalam kisaran tahun 210 hijriah.
Ada satu berita yang mengatakan bahwa imam At Tirmidzi di lahirkan dalam keadaan buta, padahal berita yang akurat adalah, bahwa beliau mengalami kebutaan di masa tua, setelah mengadakan lawatan ilmiah dan penulisan beliau terhadap ilmu yang beliau miliki.
Beliau tumbuh di daerah Tirmidz, mendengar ilmu di daerah ini sebelum memulai rihlah ilmiah beliau. Dan beliau pernah menceritakan bahwa kakeknya adalah orang marwa, kemudian berpindah dari Marwa menuju ke tirmidz, dengan ini menunjukkan bahwa beliau lahir di Tirmidzi.
Berbagai literatur-literatur yang ada tidak menyebutkan dengan pasti kapan imam Tirmidzi memulai mencari ilmu, akan tetapi yang tersirat ketika kita memperhatikan biografi beliau, bahwa beliau memulai aktifitas mencari ilmunya setelah menginjak usia dua puluh tahun. Maka dengan demikian, beliau kehilangan kesempatan untuk mendengar hadits dari sejumlah tokoh-tokoh ulama hadits yang kenamaan, meski tahun periode beliau memungkinkan untuk mendengar hadits dari mereka, tetapi beliau mendengar hadits mereka melalui perantara orang lain. Yang nampak adalah bahwa beliau memulai rihlah pada tahun 234 hijriah.
Beliau memiliki kelebihan; hafalan yang begitu kuat dan otak encer yang cepat menangkap pelajaran. Sebagai permisalan yang dapat menggambarkan kecerdasan dan kekuatan hafalan beliau adalah, satu kisah perjalan beliau meuju Makkah, yaitu;
Pada saat aku dalam perjalanan menuju Makkah, ketika itu aku telah menulis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang syaikh. Kebetulan Syaikh tersebut berpapasan dengan kami. Maka aku bertanya kepadanya, dan saat itu aku mengira bahwa "dua jilid kitab" yang aku tulis itu bersamaku. Tetapi yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang masih putih bersih belum ada tulisannya. aku memohon kepadanya untuk menperdengarkan hadits kepadaku, dan ia mengabulkan permohonanku itu. Kemubeliaun ia membacakan hadits dari lafazhnya kepadaku. Di sela-sela pembacaan itu ia melihat kepadaku dan melihat bahwa kertas yang kupegang putih bersih. Maka beliau menegurku: 'Tidakkah engkau malu kepadaku?' maka aku pun memberitahuka kepadanya perkaraku, dan aku berkata; “aku telah mengahafal semuanya." Maka syaikh tersebut berkata; 'bacalah!'. Maka aku pun membacakan kepadanya seluruhnya, tetapi beliau tidak mempercayaiku, maka beliau bertanya: 'Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku?' 'Tidak,' jawabku. Kemubeliaun aku meminta lagi agar beliau meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemubeliaun membacakan empat puluh buah hadits, lalu berkata: 'Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,' Lalu aku membacakannya dari pertama sampai selesai tanpa salah satu huruf pun."
Imam At Tirmidzi keluar dari negrinya menuju ke Khurasan, Iraq dan Haramain dalam rangka menuntut ilmu. Di sana beliau mendengar ilmu dari kalangan ulama yang beliau temui, sehingga dapat mengumpulkan hadits dan memahaminya. Akan tetapi sangat di sayangkan beliau tidak masuk ke daerah Syam dan Mesir, sehingga hadits-hadits yang beliau riwayatkan dari ulama kalangan Syam dan Mesir harus melalui perantara, kalau sekiranya beliau mengadakan perjalanan ke Syam dan Mesir, niscaya beliau akan mendengar langsung dari ulama-ulama tersebut, seperti Hisyam bin 'Ammar dan semisalnya.
Para pakar sejarah berbeda pendapat tentang masuknya imam At Tirmidzi ke daerah Baghdad, sehingga mereka berkata; “kalau sekiranya beliau masuk ke Baghdad, niscaya beliau akan mendengar dari Ahmad bin Hanbal. Al Khathib tidak menyebutkan at Timidzi (masuk ke Baghdad) di dalam tarikhnya, sedangkan Ibnu Nuqthah dan yang lainnya menyebutkan bahwa beliau masuk ke Baghdad. Ibnu Nuqthah menyebutkan bahwasanya beliau pernah mendengar di Baghdad dari beberapa ulama, beliauntaranya adalah; Al Hasan bin AshShabbah, Ahmad bin Mani' dan Muhammad bin Ishaq Ash shaghani.
Dengan ini bisa di prediksi bahwa beliau masuk ke Baghdad setelah meninggalnya Imam Ahmad bin Hanbal, dan ulama-ulama yang di sebutkan oleh Ibnu Nuqthah meninggal setelah imam Ahmad. Sedangkan pendapat Al Khathib yang tidak menyebutkannya, itu tidak berarti bahwa beliau tidak pernah memasuki kota Baghdad sama sekali, sebab banyak sekali dari kalangan ulama yang tidak di sebutkan Al Khathib di dalam tarikhnya, padahal mereka memasuki Baghdad.
Setelah pengembaraannya, imam At Tirmidzi kembali ke negrinya, kemubeliaun beliau masuk Bukhara dan Naisapur, dan beliau tinggal di Bukhara beberapa saat.
Adapun neegri-negri yang pernah beliau masuki adalah: Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, serta Ar Ray.

Guru-guru beliau
Imam at Tirmidzi menuntut ilmu dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antara mereka adalah: Qutaibah bin Sa'id, Ishaq bin Rahuyah, Muhammad bin 'Amru As Sawwaq al Balkhi, Mahmud bin Ghailan, Isma'il bin Musa al Fazari, Ahmad bin Mani', Abu Mush'ab Az Zuhri, Basyr bin Mu'adz al Aqadi, Al Hasan bin Ahmad bin Abi Syu'aib,  Abi 'Ammar Al Husain bin Harits,  Abdullah bin Mu'awiyyah al Jumahi, 'Abdul Jabbar bin al 'Ala`, Abu Kuraib, Ali bin Hujr, Ali bin sa'id bin Masruq al Kindi, Amru bin 'Ali al Fallas, Imran bin Musa al Qazzaz, Muhammad bin aban al Mustamli, Muhammad bin Humaid Ar Razi, Muhammad bin 'Abdul A'la, Muhammad bin Rafi', Imam Bukhari , Imam Muslim , Abu Dawud, Muhammad bin Yahya al 'Adani, Hannad bin as Sari, Yahya bin Aktsum, Yahya bun Hubaib, Muhammad bin 'Abdul Malik bin Abi Asy Syawarib, Suwaid bin Nashr al Marwazi, Ishaq bin Musa Al Khathami, Harun al Hammal serta yang lainya.

Murid-murid beliau
Kumpulan hadits dan ilmu-ilmu yang di miliki imam Tirmidzi banyak yang meriwayatkan, beliauntaranya adalah: Abu Bakr Ahmad bin Isma'il As Samarqandi, Abu Hamid Abdullah bin Daud Al Marwazi, Ahmad bin 'Ali bin Hasnuyah al Muqri`, Ahmad bin Yusuf An Nasafi, Ahmad bin Hamduyah an Nasafi, Al Husain bin Yusuf Al Farabri, Hammad bin Syair Al Warraq, Daud bin Nashr bin Suhail Al Bazdawi, Ar Rabi' bin Hayyan Al Bahili, Abdullah bin Nashr saudara Al Bazdawi, Abd bin Muhammad bin Mahmud An Safi, Ali bin 'Umar bin Kultsum as Samarqandi, Al Fadhl bin 'Ammar Ash Sharram, Abu al 'Abbas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub, Abu Ja'far Muhammad bin Ahmad An Nasafi, Abu Ja'far Muhammad bin sufyan bin An Nadlr An Nasafi al Amin, Muhammad bin Muhammad bin Yahya Al Harawi al Qirab, Muhammad bin Mahmud bin 'Ambar An Nasafi, Muhammad bin Makki bin Nuh An Nasafai, Musbih bin Abi Musa Al Kajiri, Makhul bin al Fadhl An Nasafi, Makki bin Nuh, Nashr bin Muhammad bi Sabrah, Al Haitsam bin Kulaib dan lain sebagainya.

Persaksian para ulama terhadap beliau
Persaksian para ulama terhadap keilmuan dan kecerdasan imam Tirmidzi sangatlah banyak, beliauntaranya adalah:
1.      Imam Bukhari berkata kepada imam At Tirmidzi; ilmu yang aku ambil manfaatnya darimu itu lebih banyak ketimbang ilmu yang engkau ambil manfaatnya dariku."
2.      Al Hafiz 'Umar bin 'Alak menuturkan; “Bukhari meninggal, dan beliau tidak meninggalkan di Khurasan orang yang seperti Abu 'Isa dalam hal ilmu, hafalan, wara' dan zuhud."
3.      Ibnu Hibban menuturkan; “Abu 'Isa adalah sosok ulama yang mengumpulkan hadits, membukukan, menghafal dan mengadakan diskusi dalam hal hadits."
4.      Abu Ya'la al Khalili menuturkan; “Muhammad bin 'Isa at Tirmidzi adalah seorang yang tsiqah menurut kesepatan para ulama, terkenal dengan amanah dandan keilmuannya.
5.      Abu Sa'd al Idrisi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang di ikuti dalam hal ilmu hadits, beliau telah menyusun kitab al jami', tarikh dan 'ilal dengan cara yang menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang alim yang kapabel. Beliau adalah seorang ulama yang menjadi contoh dalam hal hafalan."
6.      Al Mubarak bin al Atsram menuturkan; “Imam Tirmidzi merupakan salah seorang imam hafizh dan tokoh."
7.      Al Hafizh al Mizzi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang menonjol, dan termasuk orang yang Allah jadikan kaum muslimin mengambil manfaat darinya.
8.       Adz Dzahabi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah seorang hafizh, alim, imam yang kapabel
9.      Ibnu Katsir menuturkan: “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam dalam bidangnya pada zaman beliau."

Keteledoran Ibnu Hazm;
Dalam hal ini Ibnu Hazm melakukan kesalahan yang sangat fatal, sebab beliau mengira bahwa At Tirmidzi adalah seorang yang tidak dikenal, maka serta merta para ulama membantah setatemennya ini, mereka berkata; Ibnu Hazm telah menghukumi dirinya sendiri dengan keminimannya dalam hal penelaahan, sebenarnya kapabalitas Imam Tirmidzi tidak terpengaruh sekali dengan statemen Ibnu Hazm tersebut, bahkan kapabilitas Ibnu Hazm sendiri yang menjadi tercoreng karena beliau tidak mengenali seorang imam yang telah tersebar kemampuannya. Dan ini bukan pertama kali kesalahan yang beliau lakukan, sebab banyak dari kalangan ulama hafizh lagi tsiqah yang terkenal yang tidak beliau ketahui."
 Semua ini kami paparkan dengan tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat dan pengakuan kami terhadap keutamaan dan keilmuannya, akan tetapi agar tidak terpedaya dengan statemen-statemen yang nyeleneh darinya.

Hasil karya beliau
Imam Tirmizi menitipkan ilmunya di dalam hasil karya beliau, beliauntara buku-buku beliau ada yang sampai kepada kita dan ada juga yang tidak sampai. Di antara hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah: Kitab Al Jami', terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi, Kitab Al 'Ilal, Kitab Asy Syama'il an Nabawiyyah, Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Adapun karangan beliau yang tidak sampai kepada kita adalah: Kitab At-Tarikh, Kitab Az Zuhd, Kitab Al Asma` wa al kuna.

Wafatnya beliau:

 Di akhir kehidupannya, imam at Tirmidzi mengalami kebutaan, beberapa tahun beliau hidup sebagai tuna netra, setelah itu imam atTirmidzi meninggal dunia. Beliau wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H bertepatan dengan 8 Oktober 892, dalam usia beliau pada saat itu 70 tahun.



[1] Lutfi  Fathullah, Kitab 9 Hadis,  (Lidwa Pusaka i-sofware: Jakarta, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar