Blem.com: Surat Untuk Mendikbud: Bagaimana Nasib Madrasah dan Pesantren???

Selasa, Agustus 09, 2016

Surat Untuk Mendikbud: Bagaimana Nasib Madrasah dan Pesantren???



Assalamualaikum wr. wb.

Salam hormat, saya sampaikan kepada Bapak selaku mentri baru kabinet kerja. Salam dari saya rakyat yang hanya mampu melaksanakan tugas dan kebijakan pemerintah saja. Salam semua atas segala prestasi yang bapak punya.

Dengan penuh rasa hormat dan apresiasi terhadap gebrakan bapak. Saya sebagai warga Indonesia berhak mengunggkapkan apa yang menjadi keresahan saya terkait rencana jam sekolah sehari penuh atau yang dikenal deengan full day school.

Ada berbagai pertimbangan yang semestinya harus dikaji lebih dalam mengenai hal tersebut terutama kepada kami sebagai orang ISLAM yang biasa melaksanakan pendidikan non formal di luar jam sekolah. Apakah bapak tahu? Sejak beberapa tahun yang lalu, siswa madrasah mulai berkurang? Santri TPQ, TPA mulai sedikit mendapatkan porsi belajarnya? Mengapa semua iitu terjadi? Itu karena para siswa terlalu lama di sekolah. Terlalu disibukan dengan pelajaran formal tanpa ia tahu bahwa pendidikan karakter juga dapat mereka dapatkan melalui pendidikan AGAMA.

Terkait alasan yang bapak keluarkan bahwa full day school adalah cara untuk menjaga anak-anak dari hal-hal yang tidak didinginkan, disesuaikan dengan jampulang kerja orang tua, psikologis anak, cape dan tetek bengeknya, saya kira ini jawaban mentah yang menurut saya sangat tidak relevan. Mengapa? Sebab tidak semua daerah memiliki orang tua seperti halnya di kota. Pak, itu bukan urusan kami. Tapi yang kami mohon adalah jangan sampai MADRASAH, PONDOK PESANTREN, TPQ, TPA SEMUA BUBAR GARA-GARA TIDAK PUNYA WAKTU UNTUK BELAJAR DILUAR SEKOLAH. SEHINGGA MEREKA TIDAK MENGENAL TUHANNYA.

Bagi beberapa orang tua, full day school mungkin bisa membantu, tapi perhatikanlah perjuangan para kiai, ustad, guru ngaji yang tanpa dibayarpun mereka dengan gigih memperjuangkan pendidikan karakter dan akhlakul karimah kepada anak didiknya. Sudah lama mereka menjalankan full day pa. Bahkan dengan kelengkapan muatanya. Pendidikan karakter sudah didiapatkan. Bayangkan jika mereka semua hanya fokus di sekolah? Kenalkah dia dengan agamanya,???? sAngat disayangkan!!!! Pelajaran agama yang seminggu hanya satu kali diaharapkan bia merubah karakter siswa. Sungguh aneh. Saat bapak berbicara didepan awak media bahwa keberatan orang tua hanya soal kasihan dengan psikologis, kasihan dengan banyaknya materi, dengan mudah disampaikan bahwa materi full day akan diisi dengan hal-hal yang positif, menyenangkan dll. Pak, lebih positif mana dengan pendidikan agama yang telah dijalankan oleh PESSANTREN, MADRASAH, TPQ DAN TPA? Tidakkah sebaiknya ada komunikasi dengan seluruh elemen masyarakat terkait hal ini?

Sebagai orang indonesia, kebanggaan akan prestasi bangsa cukup menggembirakan,  akan tetapi jika merebut hak-hak kami dalam pendidikan AGAMA, saya sangat kecewa. Padahal lebih baik tingkatkan pendidikan karakter dengan materi kerohanian yang justru itu lebih bermanfaat daripada hanya sebataskegiatan “YANG MENYENANGKAN”  DI Sekolah.

Saya siap mendukung jika itu baik buat semua, tapi saya mohon, jangan sampai Pendidikan AGAMA BUBAR karena tak kebagian siswa.

Semoga bapak mentri dapat mepertimbangkan segaa hal ini. Bukan hanya senang dan gak senang, apa lagi psikologis anak. Semoga Allah merahmatimu, wahai mentri baru.

Wasalamualaikum wr. Wb


Hormat saya

Rakyatmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar