Assalamualaikum wr. wb.
Salam hormat, saya sampaikan
kepada Bapak selaku mentri baru kabinet kerja. Salam dari saya rakyat yang
hanya mampu melaksanakan tugas dan kebijakan pemerintah saja. Salam semua atas
segala prestasi yang bapak punya.
Dengan penuh rasa hormat dan
apresiasi terhadap gebrakan bapak. Saya sebagai warga Indonesia berhak
mengunggkapkan apa yang menjadi keresahan saya terkait rencana jam sekolah
sehari penuh atau yang dikenal deengan full day school.
Ada berbagai pertimbangan yang
semestinya harus dikaji lebih dalam mengenai hal tersebut terutama kepada kami
sebagai orang ISLAM yang biasa melaksanakan pendidikan non formal di luar jam
sekolah. Apakah bapak tahu? Sejak beberapa tahun yang lalu, siswa madrasah mulai
berkurang? Santri TPQ, TPA mulai sedikit mendapatkan porsi belajarnya? Mengapa semua
iitu terjadi? Itu karena para siswa terlalu lama di sekolah. Terlalu disibukan
dengan pelajaran formal tanpa ia tahu bahwa pendidikan karakter juga dapat
mereka dapatkan melalui pendidikan AGAMA.
Terkait alasan yang bapak
keluarkan bahwa full day school adalah cara untuk menjaga anak-anak dari
hal-hal yang tidak didinginkan, disesuaikan dengan jampulang kerja orang tua,
psikologis anak, cape dan tetek bengeknya, saya kira ini jawaban mentah yang
menurut saya sangat tidak relevan. Mengapa? Sebab tidak semua daerah memiliki
orang tua seperti halnya di kota. Pak, itu bukan urusan kami. Tapi yang kami
mohon adalah jangan sampai MADRASAH, PONDOK PESANTREN, TPQ, TPA SEMUA BUBAR
GARA-GARA TIDAK PUNYA WAKTU UNTUK BELAJAR DILUAR SEKOLAH. SEHINGGA MEREKA TIDAK
MENGENAL TUHANNYA.
Bagi beberapa orang tua, full day
school mungkin bisa membantu, tapi perhatikanlah perjuangan para kiai, ustad,
guru ngaji yang tanpa dibayarpun mereka dengan gigih memperjuangkan pendidikan
karakter dan akhlakul karimah kepada anak didiknya. Sudah lama mereka
menjalankan full day pa. Bahkan dengan kelengkapan muatanya. Pendidikan karakter
sudah didiapatkan. Bayangkan jika mereka semua hanya fokus di sekolah? Kenalkah
dia dengan agamanya,???? sAngat disayangkan!!!! Pelajaran agama yang seminggu
hanya satu kali diaharapkan bia merubah karakter siswa. Sungguh aneh. Saat bapak
berbicara didepan awak media bahwa keberatan orang tua hanya soal kasihan
dengan psikologis, kasihan dengan banyaknya materi, dengan mudah disampaikan
bahwa materi full day akan diisi dengan hal-hal yang positif, menyenangkan dll.
Pak, lebih positif mana dengan pendidikan agama yang telah dijalankan oleh
PESSANTREN, MADRASAH, TPQ DAN TPA? Tidakkah sebaiknya ada komunikasi dengan
seluruh elemen masyarakat terkait hal ini?
Sebagai orang indonesia,
kebanggaan akan prestasi bangsa cukup menggembirakan, akan tetapi jika merebut hak-hak kami dalam
pendidikan AGAMA, saya sangat kecewa. Padahal lebih baik tingkatkan pendidikan
karakter dengan materi kerohanian yang justru itu lebih bermanfaat daripada
hanya sebataskegiatan “YANG MENYENANGKAN” DI Sekolah.
Saya siap mendukung jika itu baik
buat semua, tapi saya mohon, jangan sampai Pendidikan AGAMA BUBAR karena tak
kebagian siswa.
Semoga bapak mentri dapat
mepertimbangkan segaa hal ini. Bukan hanya senang dan gak senang, apa lagi
psikologis anak. Semoga Allah merahmatimu, wahai mentri baru.
Wasalamualaikum wr. Wb
Hormat
saya
Rakyatmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar