Biografi Imam Muslim[1]
Nama Imam Muslim adalah Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz
al-Qusyairi an-Naisaburi. Adapun kuniyah beliau adalah Abdul Husain. Nisbat
imam Musli pada Al Qusyairi; merupakan nisbah kepada Qabilah afiliasi beliau,
ada yang mengatakan bahwa Al Qusyairi merupakan orang Arab asli, dan ada juga
yang berpendapat bahwa nisbah kepada Qusyair merupakan nisbah perwalian
saja. Adapun nisbat An Naisaburi;
merupakan nisbah yang di tujukan kepada negri tempat beliau tinggal, yaitu
Naisabur. Satu kota besar yang terletak di daerah Khurasan
Adapun mengenai kelahiran imam Bukhori para ulama tidak bisa memastikan
tahun kelahiran beliau. Sehingga sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa
tahun kelahirannya adalah tahun 204 Hijriah, dan ada juga yang berpendapat
bahwa kelahiran beliau pada tahun 206 Hijriah.
Sesungguhnya lingkungan tempat tumbuh imam Muslim memberikan
peluang yang sangat luas untuk menuntut ilmu yang bermanfa’at. Karena Naisabur
merupakan negri hidup yang penuh dengan peninggalan ilmu dari pemilik syari’at.
Semua itu terjadi karena banyaknya orang-orang yang sibuk untuk memperoleh ilmu
dan mentransfer ilmu, maka besar kemungkinan bagi orang yang terlahir di
lingkungan masyarakat seperti ini akan tumbuh dengan ilmu juga. Adanya
kesempatan yang terpampang luas di hadapan Imam Muslim kecil untuk memetik dari
buah-buah ilmu syariat tidak di sia-siakannya.
Beliau mendengar hadis di negrinya tinggal pada tahun 218 Hijriah
dari gurunya Yahya bin Yahya At Tamimi, pada saat itu umurnya menginjak empat
belas tahun. Disamping itu, beliau juga orang tuanya serta keluarganya
mempunyai andil dalam memotifasinya untuk menuntut ilmu. Para ulama telah
menceritakan bahwa orang tuanya, Al Hajaj adalah dari kalangan masyayikh, yaitu
termasuk dari kalangan orang yang memperhatikan ilmu dan berusaha untuk
memperolehnya.
Muslim mempunyai kesempatan untuk mengadakan perjalanan hajinya
pada tahun 220 Hijriah. Pada saat keluar itu beliau mendengar hadis dari
beberapa ahli hadis, kemubeliaun beliau segera kembali ke negrinya Naisabur.
Rihlah dalam rangka menuntut hadis merupakan syi’ar ahlul hadis
pada abad-abad pertama, karena terpencarnya para pengusung sunnah dan atsar di
berbagai belahan negri Islam yang sangat luas. Maka Imam Muslim pun tidak
ketinggalan dengan meniti jalan pakar disiplin ilmu ini, dan beliau pun tidak
ketinggalan dalam ambil bagian, karena dalam sejarah beliau tertulis rihlah
ilmiahnya, beliauntaranya;
Rihlah pertama; rihlah beliau untuk menunaikan ibadah haji pada
tahun 220 hijriah, pada saat beliau masih muda beliau, pada saat itu beliau
berjumpa dengan gurunya yaitu Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi di Makkah dan
mendengar hadis darinya. Sebagaimana beliau juga mendengar hadis dari Ahmad bin
Yunus dan beberapa ulama hadis yang lainnya ketika di tengah perjalanan di
daerah Kufah. Kemudian kembali lagi ke negrinya dan tidak memperpanjang
rihlahnya pada saat itu.
Rihlah kedua; rihlah kedua ini begitu panjang dan lebih menjelajah
ke negri Islam lainnya. Rihlah ini di mulai sebelum tahun 230 Hijriah. Beliau
berkeliling dan memperbanyak mendengar hadis. Sehingga beliau mendengar dari
bayak ahli hadis. Inilah yang mengantarkan beliau kepada derajat seorang imam
dan kemajuan di bidang ilmu hadis.
Adapun negeri yang
pernah dijelajahinya dalammenuntut ilmu adalah Khurasan dan daerah sekitarnya,
Ar Ray, Kufah, Bashrah Baghdad, Makkah, Madinah, Asy Syam serta Mesir.
Perjalanan ilmiah yang dilakukan imam Muslim menyebabkan dirinya
mempunyai banyak guru dari kalangan ahlul hadis. Al Hafizh Adz Dzahabi telah
menghitung jumlah guru yang beliau ambil riwayatnya oleh imam Muslim dan
dicantumkan di dalam kitab shahihnya berjumlah 220 orang. serta masih ada lagi
selain mereka yang tidak di cantumkan di dalam kitab shahihnya
Adapun guru-guru beliau yang paling banyak meriwayatkan hadis
kepadanya adalah: Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabi (guru beliau yang paling tua),
Al Imam Muhammad bin Isma’il Al Bukhari, Al Imam Ahmad bin Hambal, Al Imam
Ishaq bin Rahuyah al Faqih al Mujtahid Al Hafizh, Yahya bin Ma’in, imam jarhu
wa ta’dil, Ishaq bin Manshur al Kausaj, Abu Bakar bin Abi Syaibah, penulis buku
al Mushannaf, Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi, Abu Kuraib Muhammad bin Al
‘Alaa`, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Abd bin Hamid.
Al Imam Muslim sibuk menyebarkan ilmunya di negrinya dan
negri-negri Islam lainnya, baik dengan pena maupun dengan lisannya, maka beliau
pun tidak terlepas untuk mendektekan hadis dan meriwayatkannya, sehingga banyak
sekali para penuntut ilmu mengambil ilmu dari beliau. diantara murid-murid
beliau adalah: Muhammad bin Abdul wahhab al Farra`, Abu Hatim Muhammad bin
Idris ar Razi, Abu Bakar Muhammad bin An Nadlr bin Salamah al Jarudi, Ali bin Al
Husain bin al Junaid ar Razi, Shalih bin Muhammad Jazrah, Abu Isa at Tirmidzi, Ibrahim
bin Abu Thalib, Ahmad bin Salamah An Naisaburi, Abu Bakar bin Khuzaimah, Makki
bin ‘Abdan, Abdurrahman bin Abu Hatim ar Razi, Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin
Asy Syarqi, Abu Awanah al-Isfarayini, Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al Faqih
az Zahid.
Persaksian para ulama terhadap beliau
1.
Ishak
bin Mansur al Kausaj pernah berkata kepada imam Muslim: “sekali-kali kami tidak
akan kehilangan kebaikan selama Allah menetapkan engkau bagi kaum muslimin.”
2.
Muhammad
bin Basysyar Bundar berkata; “huffazh dunia itu ada empat; Abu Zur’ah di ar
Ray, Muslim di An Naisabur, Abdullah Ad Darimi di Samarkand, dan Muhammad bin
Isma’il di Bukhara.”
3.
Muhammad
bin Abdul Wahhab Al Farra` berkata; “(Muslim) merupakan ulama manusia, lumbung
ilmu, dan aku tidak mengetahuinya kecuali kebaikan.”
4.
Ahmad
bin Salamah An Naisaburi menuturkan; “Saya melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim
selalu mengutamakan Muslim bin al-Hajjaj dalam perkara hadis shahih ketimbang
para masyayikh zaman keduanya.
5.
Ibnu
Abi Hatim mengatakan: ” Saya menulis hadis darinya di Ray, dan beliau merupakan
orang yang tsiqah dari kalangan huffazh, memiliki pengetahuan yang mendalam
dalam masalah hadis. Ketika ayahku di Tanya tentang beliau, maka beliau
menjawab; (Muslim) Shaduuq.”
6.
Maslamah
bin Qasim al Andalusi berkata; ” tsiqah, mempunyai kedudukan yang agung,
termasuk dari kalangan para imam.”
7.
Abu
Ya’la Al Khalili berkata; “beliau sangat familier sekali untuk di sebutkan
keutamaannya.”
8.
Al
Khatib Al Baghdadi berkata; “(beliau) merupakan salah seorang a`immah dan
penghafal hadis.”
9.
As
Sam’ani menuturkan; “termasuk salah seorang imam dunia.”
10.
Ibnul
Atsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadis.”
11.
Ibnu
Katsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadis.”
12.
Adz
Dzahabi berkata; ” Imam besar, hafizh lagi mumpuni, hujah serta orang yang
jujur.”
Hasil karya beliau
Imam Muslim mempunyai hasil karya dalam bidang ilmu hadis yang
jumlahnya cukup banyak. Di antaranya ada yang sampai kepada kita dan sebagian
lagi ada yang tidak sampai. Adapun hasil karya beliau yang sampai kepada
kita adalah: Al Jami’ ash
Shahih, Al Kuna wa Al Asma’, Al Munfaridaat wa al wildan, Ath Thabaqaat,
Rijalu ‘Urwah bin Az Zubair,At Tamyiz
Sedangkan hasil karya beliau yang tidak sampai kepada kita adalah: Al
Musnad al Kabir ‘Ala ar Rijal, Al Jami’ al Kabir, Al ‘Ilal, Al Afraad, Al
Aqraan, Su`alaat Muslim, Hadis ‘Amru bin Syu’aib, Al Intifaa’ bi`ahabbi as
sibaa’, Masyayikhu Malik, Masyayikhu Ats Tsauri, Masyayikhu Syu’bah, Man laisa
lahu illa raawin waahid, Kitab al Mukhadldlramin, Awladu ash shahabah, Dzikru
awhaami al Muhadditsin, Afraadu Asy Syamiyyin
Wafatnya beliau
Imam Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan dikebumikan di kampung Nasr
Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H
bertepatan dengan 5 Mei 875. dalam usia beliau 55 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar