Blem.com: Piagam Jakarta Menurut Kacamata Santri

Minggu, Maret 20, 2016

Piagam Jakarta Menurut Kacamata Santri



FORSSISA Gedongan,- santri pondok pesantren gedongan mengelar diskusi mingguan dengan tema “piagam jakarta sebagai dasar negara” kamis (26/03). Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar sepuluh santri ini dimotori oleh Forum Silaturahmi Santri Ikmali Sirojussu’adai dan At-Ta’at (FORSSISA) ini merupakan modal awal pembekalan santri untuk terbiasa mengungkkapkan pendapatnya didalam forum diskusi. Dengan harapan agar pada tahap selanjutnya mereka lebih terbiasa mengadapi forum-forum yang lebih bergengsi dan terbuka.
Dalam diskusi malam tersebut dijelaskan oleh seorang santri bahwa Pancasila lahir atas dasar kesamaan dalam piagam Madinah sejak zaman Rasulullah saw. Oleh karenanya sebagaimana sila pertama disepakati seperti sekarang “ketuhanan yang Maha Esa” dengan menghapus tujuh kata sebagaimana dalam piagam Jakarta. Alasan logis berikutnya adalah karena menghormati agama lain yang ikut serta dalam merebut kemerdekaan negara Indonesia. Selanjutnya adalah demi kebebasan beragama dan berkebangsaan semua warga Indonesia.
Peserta diskusi mengatakan bahwa  Poin yang paling penting adalah bahwasanya kebebasan beragama dalam sebuah negara sangat  diperlukan sebagaimana saat rasulullah masih hidup dengan menjamin kebebasan beragama mereka. Oleh karenanya kita harus memiliki sikap kebangsaan dengan penuh toleransi demi meningkatkan keharmonisan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut seorang peserta mengatakan bahwa potret Islam adalah kesantunan dan belas kasih. Bukan sebaliknya dengan mengangkat senjata demi memberantas ketidaksesuaian secara total. Akan tetapi dengan mengedepankan perdamaian dan diplomasi. Di sini, peran ormas-ormas Islam juga sangat diperlukan demi hal tersebut. Sehingga citra islam dimata dunia bukanlah kekerasan dan kekejaman. Dalam hal ini “pancasila” merupakan hal yang sangat sesuai dengan jalan Islam sebagai agama.
Fatih mengatakan bahwa Indonesia Islam memiliki beberapa wajah yang sangat beragam diantaranya adalah bahwa Islam Nasionalis, Islam leterelek (ortodok) dan yang lainnya. Akan tetapi pada dasarnya wajah Islam perlu keindahan dengan mempertahankan wajah yang santun dan penuh ramah
Alwi lebih lanjut mengatakan bahwa sila pertama dalam pancasila merupakan hal yang telah final. Akan tetapi, jika seandainya “piagam jakarta” diterapkan kembali dalam batang tubuh pancasila, maka akan sangat berbeda sekali dengan sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada akhirnya, kebebasan beragama merupakan milik semua orang. Oleh karenanya, tidak ada paksaan dalam agama. (Blem).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar