FORSSISA Gedongan,- santri pondok
pesantren gedongan mengelar diskusi mingguan dengan tema “piagam jakarta
sebagai dasar negara” kamis (26/03). Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar
sepuluh santri ini dimotori oleh Forum Silaturahmi Santri Ikmali Sirojussu’adai
dan At-Ta’at (FORSSISA) ini merupakan modal awal pembekalan santri untuk
terbiasa mengungkkapkan pendapatnya didalam forum diskusi. Dengan harapan agar
pada tahap selanjutnya mereka lebih terbiasa mengadapi forum-forum yang lebih
bergengsi dan terbuka.
Dalam diskusi malam tersebut
dijelaskan oleh seorang santri bahwa Pancasila lahir atas dasar kesamaan dalam
piagam Madinah sejak zaman Rasulullah saw. Oleh karenanya sebagaimana sila
pertama disepakati seperti sekarang “ketuhanan yang Maha Esa” dengan menghapus
tujuh kata sebagaimana dalam piagam Jakarta. Alasan logis berikutnya adalah
karena menghormati agama lain yang ikut serta dalam merebut kemerdekaan negara
Indonesia. Selanjutnya adalah demi kebebasan beragama dan berkebangsaan semua
warga Indonesia.
Peserta diskusi mengatakan
bahwa Poin yang paling penting adalah
bahwasanya kebebasan beragama dalam sebuah negara sangat diperlukan sebagaimana saat rasulullah masih
hidup dengan menjamin kebebasan beragama mereka. Oleh karenanya kita harus
memiliki sikap kebangsaan dengan penuh toleransi demi meningkatkan keharmonisan
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut seorang peserta
mengatakan bahwa potret Islam adalah kesantunan dan belas kasih. Bukan sebaliknya
dengan mengangkat senjata demi memberantas ketidaksesuaian secara total. Akan tetapi
dengan mengedepankan perdamaian dan diplomasi. Di sini, peran ormas-ormas Islam
juga sangat diperlukan demi hal tersebut. Sehingga citra islam dimata dunia
bukanlah kekerasan dan kekejaman. Dalam hal ini “pancasila” merupakan hal yang
sangat sesuai dengan jalan Islam sebagai agama.
Fatih mengatakan bahwa Indonesia
Islam memiliki beberapa wajah yang sangat beragam diantaranya adalah bahwa
Islam Nasionalis, Islam leterelek (ortodok) dan yang lainnya. Akan tetapi pada
dasarnya wajah Islam perlu keindahan dengan mempertahankan wajah yang santun
dan penuh ramah
Alwi lebih lanjut mengatakan
bahwa sila pertama dalam pancasila merupakan hal yang telah final. Akan tetapi,
jika seandainya “piagam jakarta” diterapkan kembali dalam batang tubuh
pancasila, maka akan sangat berbeda sekali dengan sila ke lima yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada akhirnya, kebebasan beragama
merupakan milik semua orang. Oleh karenanya, tidak ada paksaan dalam agama. (Blem).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar