Kasus terbaru
yang sedang hits adalah permendikbud yang oleh warga NU sangat ditolak keras.
Pasalnya kebijakan tersebut akan mematikan madrasah diniyyah yang dikabarkan
berjumlah sekitar 70.000. angka yang sangat luar biasa. Jika kebijakan FDS itu
dijalankan, maka musnahlah semua madrasah itu. Dari sinilah penolakan itu
muncul.
Sebenarya apa
yang dikhawatirkan oleh warga NU jika madrasah bubar? Pertanyaan ini muncul ke
public menanggapi penolakan keras dari NU. Ya, jika madin bubar, maka bubarlah
sekolah yang didalamnya merupakan basis orang NU. Maka, jika madin bubar,
secara otomatis akan memutus matarantai Islam moderat yang selama ini menjaga
Indonesia.
Kondisi
madrasah diniyyah sangat menghawatirkan (untuk tidak mengatakan akan hancur).
Baik dari sisi bangunan, jumlah siswa serta honor bagi guru atau ustadz.
Bandingkan dengan sekolah yang dikelola oleh pemerintah, bantuan selalu
mengalir, siswa berbondong-bondong serta gaji guru sangat diperhatikan. Akan
tetapi di madrasah semuanya terbalik, jangankan gedung yang mewah. Malah
terkadang, madrasah dijalankan ditempat alakadarnya. Siswa seadanya. Gaji guru
lillahi taala. Ini adalah fakta yang terjadi. Nah dari kelemahan ini apakah ada
kepedulian dari masyarakat sendiri untuk membenahi?
Madrasah memang
menjadi program dasar menciptakan kader-kader yang berakhlakul karimah. Hal ini
sudah terbukti sekian lama bahwa siswa madrasah diniyyah lebih unggul
dibandingkan mereka yang hanya belajar di sekolah formal. Akan tetapi kita
patut sayangkan bahwa madrasah diniyyah tidak menjadi trend di masyarakat
sebagaimana sekolah formal. Orang tua lebih bangga anaknya pintar matematika
dibandingkan pintar agama. Oleh karenanya pendidikan formal lebih diutamakan
daripada pendidikan agama. Maka, terjadilah sikap dimana pendidikan agama
bukanlah hal yang utama, melainkan pelengkap hidup yang akan ditinggalkan
begitu saja. Oleh karenanya, jika program FDS dijalankan, bagi warga NU pun
saya tidak percaya akan semuanya menolak, sebab banyak diantara masyarakat NU
yang memang tidak peduli dengan pendidikan agama.
Seperti yang
telah saya singgung diatas bahwa meskipun madrasah diniyyah ini merupakan basis
warga NU, akan tetapi tidak semua warga NU peduli dengan apa yang dimilikinya. Maka
akibatnya adalah Tidak peduli untuk menyekolahkan anaknya di madrasah diniyyah
apalagi memberikan sesuatu yang lebih terhadap sekolah atau gurunya.
Maka dari itu,
mari kita berbenah diri. Dengan wasilah permendikbud yang kontroversi ini sudah
sepatutnya masyarakat memberikan support yang lebih terhadap keberadaan
madrasah. Sebab Seberapa pentingkah madrasah diniyah serta pendidikan agama
penting bagi kita? Maka sebaiknya sepeduli itulah kita. Kepedulian itu
dibuktikan dengan menjadikan pendidikan madrasah sebuah keharusan bagi
anak-anak kita.
Sebelumnya saya
sering tertawa geli melihat penolakan yang begitu massif. Lebih-lebih yang
dilakukan oleh NU. dari sinilah saya banyak menerima informasi bahwa ternyata
pendidikan agama yang pada faktanya banyak ditinggalkan jsutru sekarang dibahas
ulang dengan dalil dan informasi seakan mengatakan bahwa ini adalah sebuah
keharusan. Melolak FDS itu penting, akan tetapi lebih penting lagi adalah
mengembalikan kepercayaan masyarakat agar bangga memeilikinya.
Penolakan yang
dilakukan oleh siapapun semoga menumbuhkan sikap bangga terhadap symbol agama
yang didapat dari madrasah diniyyah, TPQ ataupun pondok pesantren. Sebab pada
faktanya madrasah dianggap sebuah sesuatu yang terbelakang dan tidak keren. Ibarat
kata, seperti halnya masjid milik umat Islam dipakai oleh orang Kristen, umat
Islam marah karena tempat ibadahnya digunakan oleh orang Kristen. Akan tetapi
setelah masjid itu diraih kembali oleh umat Islam menggunakan untuk sekedar
jamaah saja banyak yang enggan.
Oleh
karenanya, terimakasih saya sampaikan kepada pak mentri dan pak Jokowi karena
telah membukakan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agama. Semoga dengan
kebijakan –yang tentu saya menolaknya- ini bisa memberikan pencerahan dan
kepedulian masyarakat luas. Meski kebijakan ini seperti dipaksakan, akan tetapi
imbas positifnya madrasah diniyyah dan pendidikan agama mulai rame kembali
dibahas oleh khalayak umum. Mereka yang tadinya tutup mata, kembali membukanya,
membahasnya serta mepedulikannya. Harapan kami bukan hanya FDS yang ditolak,
akan tetapi mari kita ramaikan madrasah diniyyah, TPQ serta pondok pesantren. Sebab,
kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi?
#JihadTolakFds
#TolakPermendikbud
#DiniyyahBangkit
Salam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar